SURABAYA (Suarapubliknews) ~ Di tengah gempuran gaya hidup modern, MORAZEN Surabaya memilih cara berbeda dalam merayakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80. Hotel yang berlokasi di pusat kota ini menggelar upacara bendera dengan tema unik: “Pemuda Pemudi Berkain”, di mana seluruh karyawan mengenakan busana etnik nusantara.
Nuansa kain tradisional dari berbagai daerah—batik, tenun, hingga songket—menyatu dalam satu ruang, mencerminkan semangat persatuan dalam keberagaman.
Resident Manager MORAZEN Surabaya, Trio Akbar mengatakan bagi manajemen hotel, pemilihan kain bukan sekadar estetika, melainkan simbol bahwa generasi muda bisa tampil modern tanpa kehilangan akarnya.
“Lewat tema Pemuda Pemudi Berkain, kami ingin menegaskan bahwa generasi muda dapat tampil modern tanpa meninggalkan budaya nusantara. Inilah semangat yang ingin kami gaungkan di Hari Kemerdekaan,” ujarnya.
Upacara berlangsung khidmat di lobby hotel, diikuti oleh seluruh tim manajemen dan karyawan. Prosesi dimulai dengan pengibaran bendera Merah Putih, menyanyikan lagu kebangsaan, pembacaan teks Proklamasi, hingga doa bersama.
Marketing Communication MORAZEN Surabaya, Agustina Ayu menjelaskan lebih dari sekadar seremoni, kegiatan ini juga menjadi cara hotel menghadirkan nilai nasionalisme dalam dunia hospitality.
“Kami percaya, hotel bukan hanya tempat beristirahat, tapi juga ruang untuk membangun ikatan emosional. Saat tamu melihat semangat karyawan kami dalam berkain, ada pesan positif yang tersampaikan: pelayanan terbaik lahir dari kebanggaan terhadap tanah air,” jelasnya.
Human Resource Manager MORAZEN Surabaya, Regita Widhayu menambahkan bagi karyawan, berkain di momen 17 Agustus bukan hanya soal penampilan, tapi juga ekspresi identitas. “Setiap individu membawa kain yang mewakili daerah masing-masing. Dari situ kita belajar, perbedaan justru menjadi kekuatan yang menyatukan,” tambahnya.
Upacara ditutup dengan foto bersama dan pemberian hadiah simbolis bagi karyawan dengan penampilan kain paling inspiratif. MORAZEN Surabaya berencana menjadikan tradisi ini agenda tahunan, agar semangat gotong royong, kebanggaan budaya, dan nasionalisme terus hidup di tengah industri perhotelan modern. (q cox, tama dini)