SURABAYA (Suarapubliknews) ~ Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus berkomitmen untuk memperkuat literasi keuangan masyarakat, khususnya mengenai aset kripto. Dalam upaya ini, OJK bersama Asosiasi Blockchain dan Pedagang Aset Kripto Indonesia, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI), dan Central Finansial X (CFX) menggelar Roadshow Bulan Literasi Kripto (BLK) 2025 dengan tema “Blockchain Basics: Yuk, Pahami Kripto dengan Bijak!” yang berlangsung di Universitas Airlangga (UNAIR).
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat, terutama kalangan mahasiswa, mengenai manfaat dan risiko yang terkait dengan aset kripto. Dalam sambutannya, Direktur Pengawasan Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Layanan Manajemen Strategis Kantor OJK Provinsi Jawa Timur, Horas V. M. Tarihoran, menyatakan bahwa acara ini merupakan langkah strategis untuk memperkuat pemahaman masyarakat terhadap ekosistem aset kripto dan membangun regulasi yang lebih inklusif, inovatif, serta berkelanjutan.
“Kolaborasi antara regulator, pelaku industri, dan pemangku kepentingan lainnya menjadi elemen kunci dalam membangun ekosistem aset keuangan digital yang aman, inovatif, dan berkelanjutan,” ungkapnya. Ia juga berharap bahwa Bulan Literasi Kripto 2025 tidak hanya menjadi platform edukasi, tetapi juga menjadi katalisator dalam mendorong eksplorasi potensi aset keuangan digital yang bertanggung jawab dan berorientasi pada keberlanjutan.
Dalam kesempatan tersebut, Horas menjelaskan bahwa peralihan tugas pengaturan dan pengawasan aset kripto dari BAPPEBTI kepada OJK pada awal Januari 2025 merupakan pelaksanaan amanat dari Pasal 312 Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU PPSK) serta Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2024 tentang Peralihan Tugas Pengaturan dan Pengawasan Aset Keuangan Digital, termasuk Aset Kripto.
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR, Wisnu Wibowo, menyambut baik kegiatan ini dan memberikan apresiasi kepada OJK serta asosiasi atas upaya meningkatkan inklusi keuangan dan pemahaman terhadap manfaat serta risiko aset kripto. “Dalam laporan Chain Analysis, Indonesia menempati posisi ketiga untuk investasi aset kripto. Di tengah isu efisiensi saat ini, kripto menjadi sumber potensial dalam penerimaan pajak negara. Investasi aset kripto membawa manfaat dan juga risiko seperti volatilitas harga dan serangan siber. Oleh karena itu, kegiatan ini sangat penting sebagai pembelajaran dan persiapan sebelum mengambil keputusan berinvestasi,” katanya.
Dalam kegiatan ini, hadir sebagai narasumber Ludy Arlianto, Kepala Grup Inovasi Keuangan Digital OJK, Muhammad Naufal Alvire, Vice President of Business Development Indodax, dan Wan Muhammad Iqbal, Chief Marketing Officer Tokocrypto. Acara ini ditutup oleh Robby, Ketua Asosiasi Blockchain dan Pedagang Aset Kripto Indonesia, yang menegaskan pentingnya sinergi antara regulator dan industri dalam membangun ekosistem aset kripto yang aman dan berkelanjutan bagi masyarakat Indonesia.
Dengan kegiatan ini, OJK berharap dapat meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai aset kripto, sehingga mereka dapat berinvestasi dengan lebih bijak dan aman. (q cox, tama dini)