JAKARTA (Suarapubliknews) ~ Ketika sektor residensial Australia menghadapi tekanan akibat turunnya minat investor asing—terutama dari China daratan—One Global Capital justru mengambil langkah berlawanan. Alih-alih melakukan konsolidasi atau menahan ekspansi seperti banyak pengembang lain, perusahaan yang dipimpin Iwan Sunito itu mencatat kinerja solid melalui percepatan akuisisi aset, ekspansi portfolio, hingga transformasi menjadi platform investasi global.
Salah satu tonggak penting dicapai melalui perolehan AFSL Wholesale License penuh, yang memungkinkan One Global Capital (OGC) mengelola dana dari investor high-net-worth hingga institusi—membawa perusahaan naik kelas dari pengembang properti menjadi manajer investasi real estat internasional. Lisensi ini sekaligus memperluas jangkauan investor ke pasar dengan pertumbuhan signifikan seperti Indonesia.
Transformasi tersebut menjadi pondasi OGC untuk menangkap meningkatnya minat investor Asia Tenggara pada aset stabil di negara maju seperti Australia. Selama dua tahun terakhir, Iwan Sunito memperkuat portofolio di lokasi-lokasi strategis Sydney, termasuk Green Square, Chatswood, Macquarie Park, dan Eastlakes—area yang dinilai memiliki nilai ekonomi jangka panjang.
Salah satu proyek unggulan OGC, Eastlakes One Global Gallery, menjadi contoh nyata strategi counter-cyclical. Dari semula hanya pusat ritel lingkungan, kini aset tersebut berkembang menjadi mesin bisnis dengan pertumbuhan sewa dan traffic yang tinggi. Anchor tenant Woolworths mencatat peningkatan omzet dari AUD140.000 menjadi lebih dari AUD520.000 per bulan, menjadikannya salah satu gerai dengan performa omzet per meter persegi tertinggi di Australia.
Founder & CEO One Global Capital, Iwan Sunito mengatakan Riset Savills (Nov 2025) menunjukkan nilai aset Eastlakes naik dari AUD19,5 juta (Sept 2024) menjadi >AUD33 juta (Okt 2025), atau tumbuh 69,2%.
“Dari sisi ekuitas, pertumbuhannya menembus 130% hanya dalam satu tahun pertama—lebih cepat dari proyeksi. Ini bukti pentingnya disiplin seleksi aset dan investasi pada kawasan bernilai masa depan,” ujarnya.
OGC juga menyiapkan pembagian dividen tahap pertama akhir 2025, dilanjutkan kuartal I 2026.
Momentum positif turut berlanjut dengan persiapan pembangunan hotel keempat OGC di Macquarie Park, yang akan menggunakan teknologi Robotic Volumetric Modular Construction. Proyek dijadwalkan mulai Juli 2026 dengan target penyelesaian 12 bulan—membuka fase awal platform hotel modular global, yang juga akan diperluas ke Indonesia.
“Standar baru dalam urban development bisa dinikmati bukan hanya pemain institusi besar. Platform kami memungkinkan investor ritel berpartisipasi. Setelah dua proyek berikutnya di Australia diamankan, Indonesia akan menjadi chapter selanjutnya,” tambahnya.
OGC menargetkan IPO pada 2031, memperluas basis investor dengan pendekatan governance yang kuat dan akses investasi yang terkurasi.
Director of Fund OGC, Samuel Sunito, menegaskan bahwa perusahaan memberikan peluang investor ritel merasakan return kelas wholesale melalui edukasi dan platform yang inklusif. “Ketika investor kami tumbuh, kami tumbuh bersama mereka. Karena itu tahun depan kami meluncurkan High Impact Conference setiap kuartal, agar investor semakin siap dan berdaya,” jelasnya.
Dengan 23 gedung yang telah dibangun serta ratusan penghargaan internasional, rekam jejak OGC meliputi proyek mixed-use, komersial, residensial, hingga hunian berbasis komunitas.
Director Office Services Savills Indonesia, Ricky Tarore, mengatakan Sydney adalah pasar stabil dengan regulasi kuat dan transparan. “Bagi investor yang ingin memperkuat ketahanan portofolio, Sydney menawarkan kombinasi pertumbuhan nilai aset dan stabilitas pendapatan sewa. Diversifikasi ke dolar Australia juga memberi proteksi dari volatilitas regional,” terangnya.
Ia menambahkan bahwa kolaborasi dengan partner yang memiliki disiplin seleksi proyek dan governance kuat—termasuk OGC—akan mempermudah investor Indonesia masuk ke pasar Australia secara terukur. (q cox, tama dini)












