SURABAYA (Suarapubiknews) ~ Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPBI) Provinsi Jawa Timur rekomendasikan 4 strategi kunci untuk tetap menjaga perekonomian Jatim. Hal ini disampaikan Kepala Perwakilan BI Prov. Jatim Doddy Zulverdi saat Bincang Bareng Media (BBM).
Hal ini sejalan dengan pemaparkan perkembangan ekonomi terkini serta fokus kebijakan Bank Indonesia berdasarkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI periode Mei 2023. “Yang pertama adalah Penguatan peran Jawa Timur sebagai ekspor industri manufaktur melalui percepatan hilirisasi agroindustri, peningkatan utilisasi kawasan industri, peningkatan ekspor, dan peningkatan penggunaan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan,” katanya.
Lalu Memperkuat peran Jawa Timur sebagai lumbung pangan nusantara melalui penguatan infrastruktur pangan, pertanian berbasis teknologi, dan kerja sama antar daerah melalui GNPIP (Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan) serta perluasan pembiayaan rantai pasok
“Ketiga Penguatan optimalisasi proses digitalisasi ekonomi Jawa Timur meliputi optimalisasi penggunaan QRIS, lokapasar dan perdagangan elektronik untuk UMKM, Elektronifikasi Transaksi Pemerintah (ETP), dan penguatan infrastruktur digital yang lebih merata terakhir Meningkatkan inklusivitas ekonomi Jawa Timur melalui pariwisata, UMKM, dan ekonomi syariah,” paparnya.
Dijleaskan Doddy ditengah ketidakpastian ekonomi global dan berbagai hambatan yang tengah terjadi, Indonesia, khususnya Jawa Timur diprediksi tetap mengalami pertumbuhan positif. “Kami memperkirakan kinerja ekonomi Jatim di tahun 2023 akan tumbuh positif pada kisaran 4,6% hingga 5,4% (yoy),” ungkapnya.
Perkembangan ekonomi global tahun 2023 terpantau masih belum ideal dan diprakirakan tumbuh lebih rendah dibandingkan tahun 2022. Hal tersebut karena berbagai tantangan yang dihadapi seperti pelemahan transaksi perdagangan internasional sebagai dampak konflik geopolitik Rusia-Ukraina.
Selain itu juga adanya gangguan rantai pasok dunia dam kebijakan proteksionisme di berbagai negara, serta gejolak perbankan global terutama di Amerika Serikat dan Eropa yang mengganggu stabilitas sistem keuangan.
“Meskipun dihadapkan berbagai tantangan, patut disyukuri tidak sampai terjadi resesi global. Saat ini masih terdapat ruang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik disertai upaya memitigasi risiko perlambatan ekonomi global,” ujarnya.
Ruang optimisme tersebut sejalan dengan momentum rebound perekonomian Tiongkok yang kembali dibuka setelah pandemi Covid-19, serta melandainya tekanan inflasi global. Terlebih dengan melihat tren pertumbuhan ekonomi Indonesia dan Jawa Timur.
“Pertumbuhan ekonomi Jatim masih positif tetapi tertahan. Kami belum berani menentukan pada satu titik karena banyak ketidakpastian. Tetapi proyeksi kami kinerja ekonomi Jatim 223 akan tumbuh dikisaran 4,6% hingga 5,4%,” ungkapnya.
Pertumbuhan positif ini terlihat sejak awal tahun, dimana kinerja ekonomi pada triwulan I-2023 terpantau melanjutkan perbaikan dengan tumbuh 4,95% (yoy) yang didorong oleh menguatnya konsumsi (baik belanja Pemerintah maupun Rumah Tangga) dan meningkatnya kinerja sektor perdagangan.
Namun demikian, perlambatan investasi serta menurunnya kinerja ekspor menahan pertumbuhan ekonomi Jatim untuk tumbuh lebih tinggi lagi. Oleh karena itu, penting untuk menjaga konsumsi masyarakat serta mendorong kolaborasi fiskal pusat dan daerah dalam rangka mendukung perbaikan kinerja investasi.
“Pada triwulan II-2023, kinerja ekonomi Jatim terindikasi melanjutkan perbaikan sejalan dengan potensi keyakinan konsumen yang membaik, Prompt Manufacturing Index (PMI) yang masih tinggi di atas 50% (ekspansi), tren penjualan eceran yang positif, prognosa produksi tanaman pangan dan hortikultura yang meningkat, serta peningkatan kinerja mayoritas kegiatan usaha sektor prioritas,” lanjutnya.Ada beberapa faktor yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi Jatim lebih baik pada triwulan II, diantaranya adalah keyakinan konsumen masih membaik, manufakturing index diatas 50, industri terus melakukan ekspansi, tren penjualan masih positif, produksi padi dan hortikultura juga tumbuh positif.
“Kinerja sektor prioritas terus melaju. Dan survei triwulan II jauh lebih baik dibanding sebelumnya. Ini yang menyebabkan kita masih memiliki harapan besar bahwa ekonomi akan jauh lebih baik dibanding triwulan I,” urainya.
Perbaikan ekonomi tersebut disertai dengan laju inflasi gabungan kota/kabupaten pada Mei yang kembali turun menjadi 5,02% (yoy) dibandingkan April 2023 (5,35%, yoy). Penurunan ini diharapkan dapat berlanjut dan mencapai rentang sasaran inflasi nasional, meskipun terdapat tantangan menjelang HBKN Idul Adha. “Sinergi dan kolaborasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Jatim diharapkan akan dapat mengendalikan inflasi jelang momentum Hari Raya Idul Fitri 2023,” imbuhnya.
Adapun faktor yang menjadi pendorong terkendalinya inflasi di tahun 2023 adalah Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan penyakit tanaman yang terkendali sehingga mengurangi risiko gagal panen, optimalisasi penanganan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) dan Lumpy Skin Disease (LSD) pada hewan ternak sehingga lebih terkendali, dampak kenaikan BBM pada September 2022 yang telah selesai, dan harga komoditas global, khususnya energi yang menunjukkan tren penurunan.
“Meski kinerja ekonomi termoderasi, tetapi masih terdapat ruang untuk tumbuh dengan menjaga konsumsi rumah tangga, mendorong investasi, dan mengoptimalkan industri pengolahan,” tutupnya. (q cok, tama dini)