Pemerintahan

PAI Apresiasi Program Ramah Anak RIAS Surabaya: Dapat Jadi Role Model Nasional

137
×

PAI Apresiasi Program Ramah Anak RIAS Surabaya: Dapat Jadi Role Model Nasional

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memberikan apresiasi tinggi terhadap inovasi pendidikan ramah anak yang diinisiasi oleh Pemerintah Kota Surabaya melalui Rumah Ilmu Arek Suroboyo (RIAS). Program ini dinilai mampu menjadi contoh nasional dalam menangani permasalahan kedisiplinan dan pengembangan karakter anak.

Demikian disampaikan Ketua KPAI, Ai Maryati Solihah, dalam rapat koordinasi bersama Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi yang berlangsung di RIAS, Jalan Kalijudan Indah XV Nomor 2-4, Surabaya, pada Selasa (28/5/2025).

Ai Maryati mengungkapkan kekagumannya atas pendekatan humanis yang diterapkan dalam sistem pendidikan terintegrasi di RIAS. Menurutnya, program tersebut mampu menyentuh akar persoalan dan tidak hanya bersifat solusi sementara.

“Program ini dapat menjadi role model untuk kota-kota lain. Karena RIAS atau Rumah Ilmu Arek Suroboyo menjadi rumah yang sesungguhnya bagi anak-anak. Sehingga penanaman kedisiplinan di sini mampu menjawab masalah hingga ke akarnya,” kata Ai Maryati.

Ai Maryati menilai bahwa RIAS berhasil menciptakan lingkungan yang benar-benar ramah anak. Hal ini tak lepas dari keterlibatan aktif berbagai pihak, termasuk dukungan sektor swasta, dalam mendorong pemenuhan hak pendidikan dan pengembangan diri anak-anak.

Bahkan, ia berkesempatan untuk berinteraksi dengan anak-anak dan melihat langsung ruang keterpaduan yang ramah anak di RIAS. Menurutnya, anak-anak telah merasakan dampak positif dari program ini, termasuk mereka yang kini berhasil menempuh pendidikan di perguruan tinggi. “Hal ini terwujud atas peran-peran pemerintah daerah, lalu juga ada peran swasta yang turut mendorong supaya anak memiliki karakteristik pengembangan diri dan pemenuhan haknya,” tuturnya.

Di kesempatan yang sama, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menjelaskan bahwa program RIAS merupakan kelanjutan dari perhatiannya terhadap anak-anak bermasalah sejak 2022. Berdasarkan hasil pendataan, mayoritas anak yang butuh penanganan ini berasal dari keluarga yang tidak harmonis atau kurang kasih sayang. “Saya mengumpulkan semua data, anak-anak yang bermasalah itu 99 persen karena orang tuanya tidak dalam kondisi baik-baik saja,” ungkap Wali Kota Eri.

Menanggapi hal tersebut, Pemkot Surabaya kemudian membentuk RIAS pada 2023 dengan konsep “Satu Keluarga, Satu Sarjana”. Program ini menyediakan pendampingan pendidikan, layanan psikologis hingga dukungan dari orang tua dan masyarakat melalui program orang tua asuh. “Untuk keluarga-keluarga yang memang tidak mampu membiayai sekolah anaknya, sehingga kami mengambil alih tanggung jawab pendidikan di sekolah ini,” paparnya.

Wali Kota Eri menyebut keberhasilan program RIAS merupakan hasil dari sinergi seluruh elemen masyarakat. Termasuk warga dan pengusaha yang bersedia menjadi orang tua asuh bagi anak-anak. “Ini adalah gerakan bersama dari seluruh warga Surabaya yang mampu, mereka bersedia menjadi orang tua asuh. Ada yang membantu membayar biaya listrik, membayar tempat tidur, sehingga anak-anak ini mendapatkan fasilitas secara gratis,” jelasnya.

Program RIAS tidak hanya fokus pada aspek akademik, tetapi juga mengajarkan kedisiplinan dan keterampilan hidup. Semua aturan termasuk jam malam dan kewajiban beribadah telah disepakati dengan orang tua anak. “Kami betul-betul ingin menciptakan anak-anak yang berakhlak. Karena kekuatan segalanya ternyata berasal dari akhlak, dari ucapan yang baik, tidak saling memfitnah, tidak saling menjatuhkan, namun saling menguatkan,” tegasnya.

Cak Eri-sapaan akrab Wali Kota Surabaya, juga menekankan pentingnya peran orang tua, khususnya ayah, dalam membentuk karakter anak. Bahkan, ia turut mengajar langsung dalam program Sekolah Orang Tua Hebat (SOTH) di Gedung Sumber Karya Wigati RW 8 Tambak Segaran Wetan 68, Surabaya pada Selasa (27/5/2025).

“Untuk itu, saya juga turun langsung mengajar di Sekolah Orang Tua Hebat tentang bagaimana peran ayah. Sebab, anak yang memiliki kasih sayang seorang ayah tidak akan mudah terjebak oleh bujuk rayu seseorang. Ini yang ingin saya kuatkan kepada para ayah,” imbuh Cak Eri.

Meski Surabaya telah meraih predikat Kota Layak Anak (KLA) Utama selama enam tahun berturut-turut, pemerintah kota tetap berkomitmen memperkuat pencegahan kenakalan remaja. Pendekatan dilakukan melalui pelibatan aktif orang tua, terutama ayah, dalam pendidikan karakter anak.

Menurut Cak Eri, anak perempuan yang dekat dengan ayah cenderung lebih kuat dalam menghadapi pengaruh negatif dari luar. “Jadi, peran seorang ayah ini akan bergantung sangat besar kepada keluarganya,” katanya.

Karena itu, Pemkot Surabaya kini juga fokus pada pendampingan psikologis dan sosial untuk orang tua demi menciptakan ketahanan keluarga. Strategi ini diharapkan dapat mendorong peningkatan status KLA Surabaya ke tingkat Paripurna, terutama melalui keterlibatan aktif dalam program Child Friendly Cities Initiative (CFCI) bersama UNICEF.

“Kalau ada anak yang (terjaring) ngelem atau ngobat, maka nanti kita tata dengan orang tuanya. Kita lakukan pendampingan, apakah itu di shelter atau di rumah sakit agar sampai bebas dari narkoba,” ujarnya.

Wali Kota Eri meyakini bahwa menyelesaikan masalah anak harus dilakukan dengan pendekatan menyeluruh, termasuk evaluasi peran orang tua dalam keluarga. “Kalau ayahnya itu bisa memberikan ketenangan, maka ibunya ini akan bisa merawat anaknya. Jadi harus ada peran seorang ayah,” tuturnya.

Ketua Dewan Pengurus APEKSI ini menegaskan bahwa Program SOTH merupakan bagian penting dari strategi jangka panjang membangun ketahanan keluarga. “Jadi kalau ada kenakalan anak, ada kesalahan anak, jangan dilimpahkan langsung ke anak. Tapi lihat dulu, saya (orang tuanya) ini sudah kasih contoh (yang baik) apa nggak?” katanya.

Sementara itu, Ketua TP PKK Surabaya, Rini Indriyani, menambahkan bahwa materi pada Program SOTH tahun 2025, fokus pada pentingnya peran ayah dalam pengasuhan anak. “Ada sekitar 13 materi yang disampaikan. Salah satunya adalah materi tentang peran ayah di dalam pendidikan mendidik anak-anaknya,” ujar Bunda Rini.

Ia menyampaikan bahwa kebahagiaan ibu dalam merawat anak sangat ditentukan oleh sikap ayah terhadap istri dan anak-anak. “Dalam penelitian, seorang istri, seorang ibu, itu akan bahagia ketika dia merawat anaknya itu ditentukan bagaimana sikap ayahnya atau suaminya kepada istrinya,” tuturnya.

Program SOTH terus dikembangkan oleh Pemkot Surabaya dengan materi yang relevan dan disesuaikan kebutuhan lapangan setiap tahunnya. Pada tahun 2025, materi peran ayah menjadi prioritas utama dengan menghadirkan para pejabat seperti lurah dan camat sebagai narasumber utama.

Bunda Rini berharap, pengalaman para pejabat sebagai kepala keluarga bisa menjadi inspirasi bagi peserta SOTH agar lebih memahami pentingnya kehadiran ayah dalam keluarga. “Sehingga mungkin bisa diterapkan kepada orang tua-orang tua hebat, yang mau lebih baik lagi menjadi orang tua,” tutupnya. (q cox, ADV)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *