Peristiwa

PCU dan IFI Surabaya: Seni Pertunjukan Sebagai Motor Ekonomi Baru Kota Kreatif

61
×

PCU dan IFI Surabaya: Seni Pertunjukan Sebagai Motor Ekonomi Baru Kota Kreatif

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) ~ Di tengah kekhawatiran akan memudarnya warisan seni seperti teater akibat gelombang digital, Petra Christian University (PCU) melalui Petra Theatre – Program English for Creative Industry (ECI) berkolaborasi dengan Institut Français Indonésie (IFI) Surabaya menggelar Simposium Nasional “Performing the Future: Building Creative Cities Through Art and Collaboration”, di Matthew Conference Hall.

Acara ini menjadi ruang dialog strategis lintas ekosistem—akademisi, pemerintah kota, dunia usaha, hingga komunitas seni—untuk merumuskan masa depan seni pertunjukan dan posisinya dalam membangun kota kreatif.

Ketua Simposium Nasional, Meilinda mengatakan teater adalah mesin memori. Namun ia tak boleh hanya bertahan; ia harus bisa menjadi motor ekonomi baru melalui inovasi. “Simposium ini menjadi ruang menyatukan pemangku kepentingan agar seni pertunjukan terus hidup dan memimpin pembangunan Surabaya sebagai kota kreatif,” ujarnya.

Simposium menghadirkan lima pembicara utama yang memegang peranan strategis di tingkat global maupun nasional:
1. IGAK Satrya Wibawa – Duta Besar RI untuk UNESCO: diplomasi budaya & UNESCO Creative Cities.
2. Meilinda – Theatre Academia, PCU: peran teater & whole person education.
3. Dwinita Larasati – Indonesia Creative City Network: ekosistem kota kreatif & kolaborasi lintas sektor.
4. Vincent Padaré – Institut Français Indonésie: praktik kota kreatif Prancis dan kolaborasi budaya Indo–Prancis.
5. Ra Sapta Candrika – Teater Koma: masa depan teater di era digital & keberlanjutan seni pertunjukan.

Selama enam jam sesi berlangsung, para narasumber memaparkan studi kasus transformasi seni, termasuk pengalaman #DigitalisasiKoma oleh Teater Koma yang berhasil menghidupkan ruang kolaborasi baru lintas platform selama disrupsi pandemi.

Simposium ini juga menjadi momentum 23 tahun Petra Theatre, dengan misi lebih jauh dari sekadar refleksi perjalanan seni. Rangkaian diskusi berfokus pada penyusunan peta jalan seni pertunjukan Surabaya, termasuk gagasan revitalisasi Balai Budaya sebagai ruang pertunjukan berskala besar yang mampu menarik wisatawan internasional.

Melalui integrasi pendidikan seni SMA–kampus, whole person education, hingga kolaborasi kebijakan publik dan industri kreatif, PCU berupaya menghadirkan strategi nyata bagi Surabaya sebagai pusat pertunjukan kelas dunia.

Acara ini merumuskan strategi bersama yang dikemas dalam kampanye #PerformingTheFuture. “Seni pertunjukan bukan sekadar hiburan. Ia adalah investasi strategis yang dapat menjadi mesin pertumbuhan ekonomi dan diplomasi budaya menuju Indonesia Emas 2045,” tegasnya.

Melalui simposium ini, PCU membuka pintu kolaborasi lebih luas agar seni pertunjukan tidak hanya melawan arus digitalisasi, tetapi memanfaatkannya sebagai medium baru untuk daya hidup seni, peluang ekonomi, dan branding kota kreatif. Acara ini diharapkan melahirkan rekomendasi kebijakan, pengembangan riset, serta proyek kolaboratif lintas sektor yang memperkuat masa depan teater dan industri kreatif Indonesia. (q cox, tama dini)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *