Peristiwa

Peluang Tak Terbatas di Dunia Kreatif, Reno Halsamer Beri Kuliah Tamu di PCU

397
×

Peluang Tak Terbatas di Dunia Kreatif, Reno Halsamer Beri Kuliah Tamu di PCU

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) ~ Reno Halsamer, pendiri Yayasan d’Topeng Kingdom yang menaungi Minilemon Movie Academy dan Minilemon Studio, memberikan kuliah tamu di Petra Christian University (PCU) Surabaya. Kuliah ini diikuti oleh mahasiswa semester 4 dari semua Program Studi Fakultas Humaniora dan Industri Kreatif (FHIK), dengan total sekitar 300 mahasiswa dari tujuh kelas.

Dalam kuliah tamu yang bertema “Membangun Kreativitas Melalui Dunia Industri,” Reno berbagi pengalaman dan ide-ide di balik bisnis kreatif, khususnya dalam dunia museum dan film animasi. Ia menceritakan tantangan yang dihadapinya dalam membangun museum, termasuk penolakan dari berbagai pihak sebelum akhirnya berhasil mewujudkan visinya. “Dunia kreativitas memiliki peluang kerja yang sangat luar biasa,” ungkapnya.

Ia menekankan bahwa dengan kesungguhan dan kemampuan menangkap peluang, dunia kreatif dapat mendatangkan banyak keuntungan. Reno menjelaskan bahwa mengubah benda-benda di sekitar menjadi peluang bisnis bukanlah hal yang mustahil, terutama di era digital saat ini. “Di sekitar kita, apa saja bisa jadi bisnis,” tambahnya saat seminar di Ruang Audio Visual T.502 Gedung T PCU.

Ia juga menceritakan perjalanan awalnya sebagai kolektor seni rupa, yang mengumpulkan ribuan topeng klasik dan lukisan. Dari koleksi tersebut, Reno berhasil mendirikan museum yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan artefak langka dan pusat edukasi peradaban. Ia memberikan contoh perdagangan barang keramik dan porselen yang dilakukan sejak masa Laksmana Cheng Hoo sebagai cara untuk memperkenalkan tradisi suatu negara.

Saat ini, Reno memiliki enam museum yang didirikan sejak tahun 2014, termasuk Museum History of Java dan Majapahit Culture Park, yang telah menarik perhatian dunia. Ia memiliki misi untuk menyimpan benda-benda langka tersebut di tanah air, mengingat banyaknya artefak budaya Indonesia yang kini tersebar di Eropa dan Amerika.

Reno juga mengingatkan mahasiswa untuk terus menekuni dunia kreatif dan memanfaatkan digitalisasi. Ia terbuka untuk diskusi mengenai industri kreatif dan entrepreneurship. “Dunia kreativitas tidak pernah membatasi perbedaan, suku, dan agama. Orang melihat karya, bukan siapa yang membuatnya,” tegasnya.

Ia menekankan pentingnya menjaga idealisme sambil tetap terbuka terhadap kritik dan saran pasar. Kesabaran dalam mempertahankan passion sangat diperlukan, tanpa menolak perkembangan teknologi, termasuk kehadiran Artificial Intelligence (AI) yang dapat mendukung proses kreatif.

Reno mulai mengembangkan kreativitas baru dengan menciptakan film animasi berdasarkan koleksi topengnya. Minilemon, yang lahir pada tahun 2015, bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga bertujuan untuk membangun karakter positif anak-anak dengan pesan moral dan nilai-nilai budaya.

Pembuatan animasi ini melibatkan puluhan siswa SMK sebagai animator di bawah bimbingan sutradara berpengalaman, Heriyadi Natawijaya. “Dunia kreativitas adalah dunia kolaborasi; kita perlu saling mendukung,” pesannya.

Selain Minilemon Movie, Minilemon Studio juga berencana mengembangkan berbagai proyek, termasuk Bed Time Story untuk mempererat hubungan ibu dan anak melalui cerita sebelum tidur. Reno berharap mahasiswa FHIK PCU dapat terlibat dalam pembuatan film animasi Minilemon, mengingat banyaknya kesempatan kolaborasi yang ada.

Dekan FHIK PCU, Dwi Setyawan, mengapresiasi kuliah tamu ini sebagai bagian dari mata kuliah Creativepreneurship. Ia berharap mahasiswa dapat belajar dari sosok seperti Reno, yang merupakan contoh nyata seorang creativepreneur yang sukses. Dwi juga berharap agar mahasiswa dapat mencetak creativepreneur yang berkontribusi bagi bangsa, mengikuti jejak Reno.

Dengan semangat kolaborasi, Dwi mengajak mahasiswa untuk terlibat dalam berbagai proyek kreatif, termasuk ilustrasi, desain, dan penulisan naskah, sehingga dapat memanfaatkan potensi yang ada di dalam diri mereka. (q cox, tama dini)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *