SURABAYA (Suarapubliknews) – Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyerahkan bantuan berupa tali asih kepada keluarga Dian Oktavia (21) bersama bayinya yang menderita sakit Hydrocephalus.
Bantuan itu diserahkan melalui Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP5A) Surabaya, Chandra Oratmangon yang didampingi Camat Gubeng beserta pihak Kelurahan Airlangga.
Kepala DP5A Surabaya, Chandra Oratmangon mengatakan, selain klien mendapat intervensi dari Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, Wali Kota Risma juga memberikan bantuan berupa tali asih secara pribadi kepada pihak keluarga.
Namun, sejak bayi itu mulai lahir, sebetulnya pihak Puskesmas Mojo juga terus memberikan pendampingan kepada klien dan bayinya. Bahkan, klien sebelumnya juga mendapat bantuan BPJS PBI (Penerima Bantuan Iuran) dan Program Keluarga Harapan (PKH).
“Dan sekarang kami dari DP5A juga melakukan intervensi bantuan berupa pemberdayaan ekonomi kepada ananda Dian agar ke depannya bisa mandiri secara ekonomi,” kata Chandra saat ditemui di sela penyerahan tali asih di Jalan Jojoran, Kelurahan Airlangga, Kecamatan Gubeng Surabaya, Selasa (03/12/2019).
Ia mengungkapkan, bahwa klien mengaku ke depan ingin bisa berwirausaha sembari menjaga sang buah hati. Makanya, kemudian Pemkot Surabaya menyiapkan intervensi berupa pemberdayaan ekonomi kepada klien itu.
“Adik Dian ini kan ke depan juga harus mandiri dan kuat secara ekonomi, dia inginnya bisa jualan online, makanya kita siapkan untuk itu,” ujarnya.
Selain pendampingan berupa pemberdayaan ekonomi, pihaknya memastikan juga terus melakukan monitoring kondisi psikologi klien. Tim Psikolog dari Puspaga (Pusat Pembelajaran Keluarga) Surabaya beserta pihak Puskemas juga terus melakukan pendampingan, pengawalan, dan pemantauan psikologi klien beserta kesehatan sang buah hati.
“Jadi hari ini juga ada penyerahan secara simbolis dari Puskesmas Mojo ke Puskesmas Gunungsari, sehingga pendampingan, pengawalan dan pemantauan kepada klien itu langsung nyambung,” katanya.
Menurutnya, karena saat ini klien sudah mulai pindah tempat tinggal di Rusunawa (Rumah Susun Sederhana Sewa) Gunungsari, makanya kemudian pihak Puskesmas Mojo menyerahkan tugas pendampingan itu kepada jajaran Puskesmas Gunungsari. Tujuannya, agar pendampingan yang dilakukan pihak puskesmas terus nyambung.
“Saat ini kondisi psikologi dari ananda sendiri sudah mulai bangkit, karena juga banyak intervensi bantuan dari berbagai pihak, dan ini modal yang bagus karena ketika dia (klien, red) sakit ini akan nyambung ke bayi,” ungkapnya.
Sementara itu, salah satu Tim Psikolog dari Puspaga Surabaya, Rahmawati Dwi Anggraini menjelaskan, jika dilihat saat ini, kondisi klien sudah lebih kuat dari sebelumnya. Bahkan, interaksi klien dengan orang lain saat ini juga lebih baik.
“Namun sekilas, ananda (Dina, red) memang terlihat tegar, karena yang namanya sedih atau kecewa itu pasti juga ada,” kata Rahmawati.
Apalagi, nantinya klien juga bakal menempati tempat tinggal dan adaptasi lingkungan yang baru. Karena itu dibutuhkan pendampingan yang berkelanjutan untuk memantau kondisi klien di lingkungan yang baru itu.
Oleh sebab itu, Pemkot Surabaya memastikan ke depan agar terus memberikan pendampingan, baik secara psikologi kepada klien maupun kondisi kesehatan sang bayi.
“Kita ndak bisa lepas secepatnya, itu berproses, karena untuk kasus setiap orang itu juga berbeda-beda. Makanya kita akan dampingi terus dan setiap saat akan kita monitor progres perhari atau perminggu, hasilnya akan kita sampaikan ke ibu wali kota,” pungkasnya. (q cox)