SURABAYA (Suarapubliknews) – Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi bersama Rektor Universitas Airlangga (UNAIR) Mohammad Nasih, melepas 506 mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) UNAIR yang akan mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik di Kota Surabaya. Pelepasan tersebut digelar di Gedung ASEEC Kampus B UNAIR, Kamis (5/10/2023) siang.
KKN kali ini, merupakan bagian dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dan Belajar Komunitas Tematik Kampung Emas Madani 2.0 tahun 2023. Program tersebut, merupakan bagian dari upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya bersama Perguruan Tinggi (PT) melakukan pencegahan dan penanganan stunting terpadu melalui upaya konvergensi, intervensi gizi sensitif, dan spesifik.
Dalam program tersebut, ratusan mahasiswa FK UNAIR tidak hanya berupaya melakukan penurunan dan pencegahan stunting, akan tetapi juga melakukan program pengabdian masyarakat lainnya. Mulai dari edukasi soal pernikahan dini hingga pencegahan kematian ibu dan anak.
Wali Kota Eri Cahyadi dalam kesempatan ini mengatakan, mahasiswa di setiap perguruan tinggi, khususnya di wilayah Kota Surabaya, memiliki kekuatan dan kontribusi yang luar biasa dalam sebuah pembangunan kota. Maka dari itu, pada hari ini, ia mengajak para mahasiswa untuk turun bersama jajaran pemkot menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada di tengah masyarakat.
“Ketika perguruan tinggi itu hadir di tengah pemerintah, memberikan sumbangsihnya kepada masyarakat dengan semangat mahasiswanya, maka akan selesai permasalahan itu,” kata Wali Kota Eri Cahyadi, saat sambutan di Gedung ASEEC UNAIR.
Dalam kesempatan ini, Wali Kota Eri turut mengucapkan terima kasih kepada para Guru Besar UNAIR yang hadir di dalam Gedung ASEEC. Menurutnya, tanpa ada bantuan para guru besar tersebut stunting di Kota Surabaya tak akan bisa turun drastis seperti saat ini.
Seperti diketahui, di tahun 2021 prevalensi stunting di Kota Surabaya mencapai 28,9 persen (6.722 kasus), kemudian menurun signifikan pada tahun 2022 menjadi 4,8 persen (923 kasus). Tak hanya berhenti di situ, jajaran Pemkot Surabaya bersama Forkopimda, perguruan tinggi, dan stakeholder terus berjibaku mengentaskan stunting. Akhirnya, pada akhir September 2023 lalu stunting di Kota Pahlawan terus menurun menjadi 529 kasus.
“Tanpa ada campur tangan dingin dari pak rektor dan para guru besar serta perguruan tinggi yang ada di Surabaya, menjadikan 4,8 persen, stunting Kota Surabaya terendah di Indonesia. Ini menunjukkan apa? Bahwa pemerintah kota tidak pernah sendiri,” ucap Wali Kota Eri.
Wali Kota Eri optimis, para mahasiswa yang digerakkan bersama pada hari ini, dapat mewujudkan Surabaya zero stunting. Bukan hanya itu, diharapkan juga para mahasiswa dan seluruh perguruan tinggi di Kota Surabaya bisa berkontribusi mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia menuju Generasi Emas di tahun 2045.
“Karena itu saya yakin, insyaallah dengan pelepasan Belajar Komunitas Tematik Kampung Emas Madani, maka tujuan negara untuk mengentas kemiskinan, pengangguran, stunting, mengurangi kematian ibu dan anak, meningkatkan IPM (Indeks Pembangunan Manusia), dan meningkatkan ekonomi akan terwujud,” harapnya.
Di samping itu, Rektor UNAIR Mohammad Nasih mengatakan, para mahasiswa FK UNAIR yang mengikuti program tersebut dapat memberikan kontribusi dan hasil yang terbaik untuk masyarakat dan negara. Nasih juga ingin, kegiatan yang dijalan oleh para mahasiswa FK UNAIR nantinya dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
“Kami berkomitmen, kalau anda nanti memberikan yang terbaik untuk warga Kota Surabaya di tempat anda semua mengikuti penmas (pendidikan masyarakat), dan bisa menuliskan laporannya dengan baik pula, maka 5 SKS kita tambah paling tidak bisa menjadi pengganti skripsi,” kata Nasih.
Nasih menerangkan, masalah stunting bukan hanya sekadar soal makanan bergizi, akan tetapi ada banyak banyak hal lain yang mempengaruhi itu. Contoh, seperti gaya hidup hingga perilaku masyarakat juga berdampak dengan hal tersebut.
“Stunting teratasi, lalu gaya hidupnya terdongkrak maka akan timbul obesitas, itu menjadi masalah baru, sehingga perilaku masyarakat juga harus diedukasi sebaik-baiknya. Tak hanya stunting, tapi diharapkan bisa mengedukasi remaja agar terhindar dari pernikahan dini. Maka dari itu diharapkan bisa mengedukasi soal pentingnya sekolah atau kuliah,” tuturnya.
Nasih mengingatkan para mahasiswa untuk turut serta menjaga nama baik Kota Surabaya dan UNAIR. Bila ada mahasiswa yang mencoreng nama baik Kota Surabaya dan UNAIR, maka ia tak segan melakukan tindak tegas.
“Jangan malu-maluin UNAIR, kalau sampai nanti ketika proses kegiatan ini berjalan, kemudian ada video viral yang berpotensi men-downgrade UNAIR, entah karena bullying atau semacamnya, langsung akan kita drop out yang bersangkutan,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya Nanik Sukristina menambahkan, kegiatan Belajar Bersama Komunitas Tematik Kampung Emas Madani 2.0 akan dilaksanakan mulai Oktober – Desember 2023. Para mahasiswa tersebut akan diterjunkan ke 153 kelurahan di Kota Surabaya.
Kegiatan ini kan melibatkan berbagai disiplin ilmu dari fakultas dan perguruan tinggi yang bergabung di dalam Konsorsium Perguruan Tinggi Peduli Stunting Jawa Timur. Konsorsium ini terdiri dari berbagai perguruan tinggi, mulai UNAIR, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Universitas Dr. Soetomo, Universitas Brawijaya, Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur, Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Universitas Jember (UNEJ), Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA), Universitas Trunojoyo Madura (UTM), hingga Universitas Ciputra Surabaya.
“Pelaksanaan program Kampung Emas Eliminasi Stunting ini adalah, sebagai upaya penurunan stunting di Kota Surabaya yang melibatkan mahasiswa S1 dalam program MBKM,” imbuhnya.
Para mahasiswa akan menjalankan berbagai program di lapangan, antara lain adalah intervensi Gemerlap Pasca Salin (Gerakan Merencanakan KB pasca Persalinan) untuk meningkatkan cangkupan KB, dengan menyasar ibu hamil. Intervensi yang lainnya adalah, Laduni (Layanan Terpadu pra Nikah) yang bertujuan untuk menurunkan kasus anemia, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) atau stunting sejak lahir dengan sasaran calon pengantin (catin).
Intervensi yang ketiga yakni, Pandawa Lima (Pencegahan Pernikahan Dini Lewat Alim Ulama) atau mencegah terjadinya pernikahan dini. Selain itu juga ada program edukasi minat belajar ke jenjang perguruan tinggi untuk remaja santri dan santriwati, serta masih banyak intervensi lainnya. “Harapan kami kegiatan ini bisa berjalan lancar hingga akhir Desember 2023 mendatang,” pungkasnya. (Q cox)