PemerintahanPeristiwa

Pemkot Surabaya Gelar Drama Musikal Sejarah “Berkibarlah Benderaku”, Warga: ke depannya dapat terus digelar

69
×

Pemkot Surabaya Gelar Drama Musikal Sejarah “Berkibarlah Benderaku”, Warga: ke depannya dapat terus digelar

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Ribuan masyarakat terlihat tumplek blek di sepanjang pedestrian Jalan Tunjungan, Kota Surabaya, Minggu (18/9/2022) pagi. Mereka terlihat antusias menyaksikan jalannya pertunjukan Drama Musikal Sejarah “Berkibarlah Benderaku” yang digelar oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.

Kegiatan yang melibatkan 1.200 pemain ini, berkisah tentang perjuangan arek-arek Suroboyo dalam peristiwa perobekan bendera pada 19 September 1945 silam. Peristiwa itu terjadi di Hotel Yamato yang kini dikenal dengan nama Hotel Majapahit.

Dalam momen ini, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi terlihat memimpin jalannya pertunjukan yang dipusatkan di depan Hotel Majapahit. Bahkan saat itu, ia juga memimpin penghormatan kepada bendera merah-putih saat menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Tak hanya itu, dalam teatrikal, Cak Eri sapaan lekat Wali Kota Surabaya juga turut membacakan puisi berjudul “Arek Suroboyo”. Puisi tersebut bertujuan untuk menggelorakan semangat nasionalisme bagi para generasi muda di Kota Pahlawan.

Wali Kota Eri Cahyadi mengatakan, bahwa pada tahun 2022 ini, peringatan perobekan bendera di Hotel Yamato dikemas berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Selain diisi pertunjukkan teatrikal, Bendera Merah Putih sepanjang 800 meter juga turut dibentangkan di sepanjang Jalan Tunjungan.

“Alhamdulillah ketika bendera dibentangkan, maka di situ banyak warga yang ikut mempertahankan bendera jangan sampai turun ke tanah. Karena benderanya sangat panjang, sehingga banyak masyarakat yang juga ikut menahan bendera dari bawah,” kata Wali Kota Eri Cahyadi ditemui seusai acara pertunjukkan.

Wali Kota Eri Cahyadi menyatakan, bahwa Drama Musikal Sejarah “Berkibarlah Benderaku” di Hotel Yamato merupakan awal dari rangkaian Peringatan Hari Pahlawan pada 10 November 2022 nanti. Tujuannya, yakni untuk mengenang kembali peristiwa perjuangan bersejarah di Kota Surabaya. “Karena saya ingin mengingatkan bahwa Kota Surabaya ini punya jiwa Pahlawan yang sangat luar biasa,” ujar Cak Eri.

Pada peringatan perobekan bendera di tahun ini, pihaknya mengaku ingin menyuguhkan pertunjukkan drama teatrikal yang dikolaborasikan dengan modern. Ini diharapkan pula agar dapat kembali mengingatkan masyarakat tentang perjuangan arek-arek Suroboyo saat merebut kemerdekaan.

“Jadi tadi ada penampilan modern juga teatrikal. Ini agar mengingatkan bahwa perjuangan Bangsa Indonesia, khususnya Surabaya sangat luar biasa,” tuturnya.

Dalam kesempatan ini, Cak Eri juga sedikit bercerita terkait pemutaran film saat berlangsungnya Drama Musikal Sejarah. Dimana dalam film tersebut, diceritakan seorang warga yang berhasil merobek bendera warna biru sehingga menjadi merah putih saat peristiwa di Hotel Yamato.

Meski sosok itu telah berjasa, namun pria itu justru tidak ingin dikenang atau disebut namanya dalam sejarah. Bahkan, saat ada yang bertanya siapa yang merobek bendera, warga tersebut hanya menjawab Arek-arek Suroboyo.

“Inilah cirinya Arek Suroboyo tidak untuk penghargaan, tidak untuk pengakuan. Tidak butuh yang namanya saya paling hebat, paling berjasa. Dan itu ditunjukkan oleh beliaunya,” ungkap dia.

Menurut Cak Eri, pembelajaran yang dapat dipetik dari sosok berjasa dalam peristiwa perobekan bendera di Hotel Yamato adalah bagaimana bekerja dengan ikhlas. Ia berharap hal itu dapat dicontoh oleh seluruh pejabat yang ada di lingkup Pemkot Surabaya.

“Mudah-mudahan ini menjadi semangat kita. Teatrikal ini memberi pembelajaran kita bagaimana perjuangan arek-arek Suroboyo yang penuh keikhlasan,” imbuhnya.

Sementara itu, K Bomanto adalah satu di antara veteran yang turut hadir mengikuti jalannya pertunjukan Drama Musikal Sejarah “Berkibarlah Benderaku”. Ia mengaku sangat berkesan hingga meneteskan air mata ketika teatrikal perobekan bendera itu berlangsung.

“Paling berkesan pada waktu penaikan bendera. Pada waktu perobekan, itulah yang sangat menyayat, tidak bisa saya menahan air mata. Apa yang terjadi pada waktu itu, bagaimana kalau kita yang melaksanakan,” kata Bomanto.

Ia pun berpesan kepada masyarakat Surabaya agar bangga menjadi warga Kota Pahlawan. Karena menurutnya, di seluruh Indonesia yang berpredikat Kota Pahlawan hanyalah Surabaya. “Jadi, harus bangga menjadi warga Kota Surabaya,” katanya.

Perasaan yang sama juga diungkapkan Eni Rahayu. Warga Lebak Agung, Kelurahan Gading, Kecamatan Tambaksari ini mengaku sempat meneteskan air mata saat teatrikal perobekan bendera berlangsung. “Sampai terharu waktu perobekan bendera, lalu (lagu) gugur bunga sampai menangis saya,” kata Eni.

Ia pun berharap kepada Pemkot Surabaya agar Drama Musikal Sejarah ini ke depannya dapat terus digelar. Bahkan, meski baru pertama kali menyaksikan teatrikal perobekan bendera, namun Eni mengaku sangat terkesima. “Sukses selalu. Ke depannya harus seperti ini lagi, sukses Surabaya,” pungkas dia. (Q cox)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *