Pemerintahan

Pemkot Surabaya Gencarkan Skrining Kesehatan Sasar Siklus Hidup Masyarakat

727
×

Pemkot Surabaya Gencarkan Skrining Kesehatan Sasar Siklus Hidup Masyarakat

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terus berupaya meningkatkan siklus hidup masyarakat  dengan mengimplementasikan Integrasi Layanan Kesehatan (ILP). Kepastian hak kesehatan masyarakat tersebut diperkuat pemkot, seperti adanya Puskesmas Pembantu (Pustu) di tiap kelurahan, hingga layanan kesehatan RW 1 Nakes 1 (R1 N1) yang bertujuan untuk mempermudah dan mendekatkan pelayanan medis kepada masyarakat Kota Pahlawan.

Ketua Tim Kerja Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Chandra Kusumawardhani mengatakan, ILP merupakan salah satu program yang dicanangkan secara nasional, di seluruh kabupaten/kota. ILP merupakan satu bagian dari sistem transformasi kesehatan dengan mengutamakan upaya promotif dan preventif .

“Secara nyata, integrasi layanan adalah dari kunjungan rumah posyandu keluarga, dimana posyandu sekarang tidak lagi hanya berdasarkan usia balita, remaja, atau lansia tetapi bisa melayani semua sasaran siklus hidup atau usia. Kemudian merevitalisasi puskesmas pembantu di tiap kelurahan dan puskesmas induk,” kata Chandra sapaan lekatnya, Rabu (30/10/2024).

Nantinya, ILP akan mengutamakan skrining kesehatan sehingga bisa mendeteksi terlebih dahulu potensi penyakit masyarakat agar dapat dilakukan intervensi lebih awal. Skrining tidak hanya dilakukan terhadap beberapa penyakit menular, tetapi juga terhadap penyakit tidak menular lainnya.

“Sasarannya adalah siklus hidup skrining, dan adanya hak jadwal skrining masyarakat diharapkan bisa terdeteksi sejak dini. Kesadaran masyarakat memeriksakan kesehatannya cukup tinggi,” ujar dia.

Ketika Pemkot Surabaya melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) telah melakukan revitalisasi kesehatan, masyarakat banyak mendatangi Pustu untuk skrining kesehatan. Bahkan, ada beberapa skrining yang dapat dilakukan di posyandu keluarga. “Di lihat dari antusiasme masyarakat ternyata partisipasi masyarakat cukup bagus. Dari 2700 posyandu, ada 382 yang bertransformasi menjadi posyandu keluarga. Target kami bisa mencapai 100 persen pada tahun 2025,” ungkapnya.

Dengan semakin gencarnya melakukan skrining, hasil deteksi dini potensi penyakit pun semakin meningkat. Karenanya, dengan semakin banyaknya temuan kasus maka akan mempermudah rencana intervensi kebijakan  kesehatan. Masyarakat Kota Surabaya pun bisa langsung datang ke Pustu atau Puskesmas terkat untuk melakukan skrining.

“Tidak ada syarat tertentu untuk melakukan skrining, bisa langsung hadir. Sedangkan untuk warga luar Kota Surabaya bisa mengakses layanan terdekat karena tercatat sebagai warga domisili, karena sifatnya adalah pemantauan wilayah sekitar sehingga dipersilahkan,” terangnya.

Meski demikian, ILP tidak menunggu adanya pasien, para Kader Surabaya Hebat (KSH) bersama tenaga kesehatan juga melakukan jemput bola, dengan melakukan kunjungan rumah. “Ini sudah berjalan, para KSH sudah melakukan setiap bulan dan datanya tercatat di aplikasi Sayang Warga. Sebab, upaya promotif dan preventif rutin dilakukan untuk memberikan edukasi dan melakukan skrining berdasarkan siklus hidup,” tegasnya.

Sementara itu, Kepala Puskesmas Sawah Pulo Kota Surabaya, dr. Gerryd Dina Soepardi mengatakan, dalam upaya memperkenalkan ILP di kawasan Kelurahan Ujung, pihaknya berkolaborasi dengan lintas sektor. Dimana saat ini masyarakat bisa mengakses Pustu tidak hanya ketika sedang sakit, tetapi saat belum mengetahaui potensi penyakit yang menyerangnya.

“Tenaga kesehatan di Kota surabaya melayani hal tersebut, masyarakat akan dilakukan skrining, minimal ada 14 skrining wajib yang harus mereka terima supaya kita bisa mendekati dini,” kata dr. Gerryd.

Ke-14 skrining tersebut merupakan layanan sekunder. Antara lain, skrining hipotiroid terhadap bayi baru lahir apakah memiliki tiroid atau tidak, thalasemia terkait dengan kelainan darah, anemia, stroke, serangan jantung, hipertensi, PPOK (penyakit paru obstruksi kronis) yang terjadi pada lansia akibat gaya hidup sebelumnya, TBC, hepatitis, diabetes melitus, skrining kanker paru, payudara, serviks, dan usus.

“14 skrining itu minimal, sebetulnya ada sekitar 75 skrining yang alangkah lebih baik bisa dilakukan. Minimal bisa melakukan skrining 1 tahun sekali. Skrining dapat diakses oleh masyarakat Surabaya di Pustu atau Puskesmas secara gratis, sedangkan warga luar Surabaya bisa skrining di wilayah domisilinya, tetapi akan dikenakan biaya retribusi pendaftaran,” terangnya.

Guna menunjang angka harapan hidup dalam mengimplementasikan ILP, di Surabaya tidak hanya tersedia layanan kesehatan di Puskesmas dan Pustu, tetapi juga didukung dengan layanan kesehatan R1 N1.

“Tujuan transformasi ini adalah mendekatkan layanan kepada masyarakat, jadi tidak perlu antre atau jauh-jauh. Warga sangat antusias, terlihat dari angka kunjungan setiap bulan mengalami peningkatan, kasus harian yang ditemukan tidak hanya kasus sakit, tetapi juga kasus sehat,” ujar dia.

dr. Gerryd menjelaskan, dalam kurun waktu satu bulan, skrining kesehatan bisa menyasar 500 orang. Angka kenaikan skrining tersebut karena masyarakat semakin sadar dan peduli dengan kesehatannya, seperti melakukan tes terhadap potensi penyakit  diabetes melitus, hipertensi, dan anemia.

“Target kami dalam sehari harus melakukan skrining minimal 10 orang sehat. Itu menjadi informasi sangat penting untuk Puskesmas melakukan kebijakan kesehatan berdasarkan kebutuhan masyarakat,” pungkasnya. (q cox)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *