LAMONGAN (Suarapubliknews) – Pemerintah Provinsi Jawa Timur memberikan perhatian khusus kepada jutaan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) potensial di Jatim. Perhatian tersebut berupa pendampingan hingga pendistribusian produk yang dihasilkan para pelaku UMKM.
Terutama pendampingan bagi mereka yang merasa khawatir saat bersaing di era digital. Hal ini diungkapkan Wagub Emil dalam Webinar Temu Coworking se-Indonesia melalui Vidcon di Pendopo Kab. Lamongan.
“Pemilik saat ini tidak usah memusingkan perihal bagaimana packaging sebuah produknya, bagaimana memasarkan secara digital. Semua sudah bisa dicover oleh MJC. Pemilik hanya perlu memikirkan kualitas produknya saja,” katanya.
Pemprov Jatim saat ini mencatat ada 9,78 juta pelaku UMKM di Jatim. Melihat banyaknya jumlah tersebut, maka keberadaannya dijadikan peluang sebagai backbone PDRB Jatim sebesar 56,94 %.
Wagub Emil memberikan pemahaman bagaimana MJC bekerja. Dirinya telah melakukan berbagai koordinasi dengan berbagai startup dan pihak terkait untuk mendukung berjalannya program MJC.
Tidak hanya itu, Ia menilai, bahwa melalui program MJC, anak-anak muda yang memiliki bakat dalam bidang marketing, design, programmer bisa terfasilitasi. Apalagi, MJC sesuai dengan format bekerja yang biasa disebut Gigs Economy.
“Kami ajak mereka bergabung di MJC. Gak perlu ngantor, karena sesuai dengan jenis pekerjaan yang disenangi millenials saat ini. Hanya dipekerjakan saat acara, tapi kerjanya tetap profesional. Katakanlah nanti para ahli dalam bidang digital creative bisa bertemu melalui MJC,” paparnya.
Mantan Bupati Trenggalek itu melanjutkan, untuk membentuk ekosistem yang baik antara pemilik UMKM dengan para ahli digital creative maupun digital creative satu dengan yang lain, Pemprov Jatim memberikan sebuah tempat yang sangat mendukung.
“East Java Super Corridor (EJSC) namanya. Kami tempatkan di 5 Bakorwil yang ada di Jatim. Jadi nanti para pelaku industri creative bisa berkumpul disini. Bekerja bersama-sama dalam satu tempat meskipun kesibukannya masing-masing. EJSC ini juga bisa jadi tempat mereka yang ingin menyelenggarakan sebuah event juga. Tinggal berkoordinasi dengan Bakorwil setempat,” imbuhnya.
Disisi lain, Emil juga menambahkan, saat ini Pemprov Jatim tengah mengembangkan sebuah pilot project terkait Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang berbasis animation production di Singhasari, Malang. Konsepnya pun hampir sama dengan EJSC, yakni menjadi ekosistem bagi para pelaku industri kreatif.
“Konsepnya sama. Kami kumpulkan para content creator untuk berkumpul di KEK Singhasari. Ekosistem akan terbentuk di sana dan tentunya kami sediakan pula sebuah gedung untuk digunakan sebagai co-working yang ada di area tersebut,” lanjutnya.
Nantinya, Emil berharap, konsep kerja Gigs Economy yang kini diminati para kalangan millenials bisa menjadi sebuah panutan di Jatim. Utamanya dengan tersedianya wadah melalui pilot project KEK Singhasari maupun EJSC yang ada di Bakorwil.
“Kami berharap ekosistem yang tumbuh dengan baik melalui pertemuan antar komunitas atau antar per orangannya bisa membuat Jatim berkembang lebih baik. Tentunya juga bisa memberikan pengetahuan kepada millenials, bahwa saat ini pekerjaan sudah tidak se-kaku dulu,” pungkasnya. (q cox, tama dinie)