Jatim Raya

Penanganan Tak Maksimal, Korban Banjir di Desa Kedung Banteng Alami Kehidupan Tak Layak

64
×

Penanganan Tak Maksimal, Korban Banjir di Desa Kedung Banteng Alami Kehidupan Tak Layak

Sebarkan artikel ini

SIDOARJO (Suarapubliknews) – Lebih dari dua Minggu Banjir yang melanda Desa Kedung Banteng, Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo tak kunjung surut. Penanganan oleh Pemda (pemerintah daerah) dirasa belum maksimal. genangan air di desa yang menjadi lokasi pengeboran baru oleh PT Minarak Gas ini dikeluhkan banyak warga, bahkan tanda-tanda air segera surut masih belum nampak.

Walapun banjir sudah pernah surut selama tiga hari, namun dua minggu lebih ini banjir lagi setinggi sekitar 25 senti meter tersebut dan tak kunjung surut. Akibatny beberapa fasilitas umum serta pedagang warga setempat mengeluh tersendat perekonomian karena tak bisa berjualan akibat banjir kali ini. Selain itu masyarakat juga mulai dilanda krisis air bersih.

Keluhan, dirasakan langsung oleh Herman (40) warga Kedung Banteng. Selaku pedagang es degan yang terdampak banjir, dirinya kini merasa aktifitas kehidupannya sudah mulai susah. Selain tak bisa berjualan selama dua minggu lebih, rumah dan stand jualannya dirasa sudah tidak layak. Kebutuhan air bersih juga menjadi persoalan.

“Rumah kotor, stand juga kotor penuh genangan air. Air bersih juga susah, sumber penghasilan saya ya mengandalkan berjualan es ini tapi sudah dua minggu lebih tak bisa jualan. Sekarang saya sudah mulai merasa sangat kesusahan,” keluhnya, Minggu (09/02/2020).

Selain pedagang, keluhan juga dirasakan Bayu (24) warga Kedungbanteng, banjir di desanya tersebut melupakan pertama kali seumur-umur. Entah penyebabnya apa, mungkin beberapa faktor.
“Saya juga heran kenapa, karena baru tahun ini desa kita ini banjir,” kata Bayu kepada Suarapubliknews.

Bayu menambahkan, krisi air bersih juga dirasakan warga, anak-anak juga mulai banyak yang terserang penyakit kulit sperti gatal-gatal. Bebrapa penjual diantaranya Nasi Bebek, Sate, Pohong keju, bahkan tidak bisa berjualan dengan kondisi tersebut. Ia juga berharap pemerintah bisa menangani secepatnya.

“Saya dan warga setempat berharap pengobatan dari pemerintah lantaran penyakit kulit seperti gatal-gatal mulai menyerang banyak anak-anak disini,” harapnya. (q cox, drie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *