SURABAYA (Suarapubliknews) – Pemerintahan Kota Surabaya adalah perpaduan eksekutif (Pemkot) dibawah kendali pasangan Eri Cahyadi dan Armuji beserta seluruh jajarannya, dengan unsur legislatif (DPRD) yang dipimpin oleh Adi Sutarwijono selaku Ketua.
Artinya, keberhasilan Pemkot Surabaya dalam membangun wilayah dan pemerintahannya dalam satu periode merupakan keberhasilan bersama antara eksekutif dan legislatif, karena keduanya merupakan unsur yang tak terpisahkan.
Maka, Adi Sutarwijono selaku Ketua DPRD Surabaya dan jajaran pimpinan berserta seluruh anggotanya memiliki peran yang signifikan terhadap keberhasilan pemerintahan Kota Surabaya.
Hal ini disampaikan pengamat politik Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Surokim Abdussalam, mengatakan bahwa selama ini support Adi Sutarwijono sebagai Ketua DPRD Surabaya dan Ketua DPC PDIP Kota Surabaya untuk Eri Cahyadi dan Armuji selaku Kepala daerah sangat signifikan.
“Sesuatu yang tak terbantahkan adalah gerakannya yang senyap tapi ampuh untuk menciptakan harmonisasi kesejukan di Yos Sudarso untuk pemerintahan pemkot,” ucap Surokim kepada media ini. Senin (12/08/2024)
Kata dia, peran itu membuat relasi yos sudarso (DPRD) dan Pemkot sangat harmonis, tak ada riak berarti.
“Hampir mas Eri tidak merasa direwuki dan enjoy bekerja dengan yos sudarso. Saya pikir situasi itu tidak lepas dari peran penting mas awi (sapaan akrab Adi Sutarwijono). Dalam bahasa saya, mas Awi ke mas Eri itu support 300%,” ujarnya.
Menurut dia, bagaimanapun keberhasilan mas eri akan berimbas kepada keberhasilan DPC DPDIP Kota Surabaya sehingga pilihan support 300% wajar dan sudah seharusnya dilakukan.
“Saya kalau mengibaratkan mas Awi itu bak angsa berenang ditelaga. Jurus itu yang selama ini beliau pakai dan terbukti ampuh menjaga harmonisasi kekuasaan dengan mas Eri. Beliau bekerja keras tp ga kelihatan, dan bekerja dalam sunyi tenang tanpa riak tp sesungguhnya beliau bekerja sangat keras,” tandasnya.
Disinggung soal soal Pilwali 2024, Surokim mengatakan jika masyarakat Kota Surabaya dan semua pihak harus bersabar menunggu hingga masa pendaftaran akhir agustus.
“Kalau sampai nggak lawan kotak kosong itu kebangeten, tak elok untuk demokrasi elektoral Surabaya. Jangan sampai ada upaya agar tak ada lawan di Pilkada sby. Biar pilkadanya nggak jadi dagelan,” pungkasnya. (q cox)