SURABAYA (Suarapubliknews) ~ Upaya menumbuhkan budaya membaca di kalangan generasi muda terus digencarkan. Salah satunya melalui program “Ayo Baca!” yang diinisiasi Kedutaan Besar Prancis, Institut Français d’Indonésie (IFI), dan Penerbit Erlangga.
Program ini kini memasuki fase baru dengan peluncuran BIMO (Bibliothèque Mobile), perpustakaan keliling yang hadir untuk mendekatkan buku dan literasi kepada masyarakat. Kendaraan BIMO singgah di Taman Bungkul Surabaya pekan lalu, membawa semangat untuk menghidupkan kembali budaya membaca di ruang publik.
Direktur IFI Surabaya, Vincent Padaré mengatakan melalui BIMO, pihaknya ingin menjangkau lebih banyak pembaca muda dan membuka akses terhadap karya sastra. “Termasuk sastra Prancis, agar dapat dinikmati secara lebih luas,” ujarnya.
BIMO memanfaatkan armada MOKO milik Erlangga yang dimodifikasi menjadi perpustakaan keliling. IFI turut menghadirkan pustakawan yang mengajak anak-anak membaca dongeng, mengenal budaya Prancis, hingga mencoba layanan audiolibs untuk mendengarkan buku audio dalam berbagai bahasa.
Acara di Surabaya juga diwarnai pertunjukan seni oleh siswa-siswi lokal serta kehadiran Literasi Corner yang memberi ruang bagi pengunjung untuk memilih buku, membaca di tempat, atau sekadar menikmati suasana membaca bersama. Peluncuran ini dihadiri perwakilan Kedutaan Besar Prancis, IFI, Penerbit Erlangga, serta Dinas Pendidikan Kota Surabaya.
Peluncuran BIMO di Surabaya merupakan bagian dari perjalanan keliling di Pulau Jawa—berawal dari Jakarta, kemudian ke Bandung, Yogyakarta, Solo, Surabaya, hingga Malang. Program “Ayo Baca!” sendiri telah dimulai sejak awal tahun. Tahap pertama ditutup 12 September lalu dengan penganugerahan penghargaan sastra bahasa Prancis untuk novel La Tresse (Kepang) karya Laetitia Colombani, yang akan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Setelah fase BIMO ini, IFI akan melanjutkan program dengan rangkaian lokakarya dan pertemuan penerjemah sastra Prancis-Indonesia yang dijadwalkan berlangsung di Jakarta pada 13 November mendatang.
Melalui kolaborasi lintas negara ini, IFI dan Erlangga berharap BIMO tidak sekadar menjadi perpustakaan keliling, tetapi juga sarana memperkuat ekosistem literasi yang inklusif dan mempererat hubungan budaya Indonesia–Prancis melalui sastra. (q cox, tama dini)