SURABAYA (Suarapubliknews) – Aksi perang sarung oleh sekelompok remaja di Surabaya yang dilakukan menjelang sahur, menjadi keprihatinan AH Thony Wakil Ketua DPRD Surabaya, karena ternyata operasi skala besar yang dilakukan Pemkot Surabaya, tidak menuntaskan aksi yang menyerupai gangster tersebut.
“Menyusul diamankannya belasan remaja yang hendak perang sarung Senin dini hari lalu,” ucap Politisi Partai Gerindra ini. Selasa (28/03/2023).
Menurutnya, mengidentifasi terkait keberadaan kelompok-kelompok remaja tersebut, menjadi komponen penting untuk penyelesaian masalah. Hal ini mengacu pada riset yang pernah dilakukan. Antara lain file riset, library riset dan riset partisipatory.
“Identifikasi potensi masalah, tentang mereka berkumpul menjadi gengster, kelompok atau mungkin kumpulan apa, dan sebagainya,” jelasnya pada
Lebih lanjut AH Thony menjelaskan, misalnya diketahui kalau kelompok tersebut terbentuk karena sesama penghoby motor. Kemudian diantara mereka ada yang pandai memodifikasi motor.
“Karena tidak ada wadah yang baik. Akhirnya mereka balapan liar, disertai taruhan dan lainnya,. Setelah itu, dinyatakan bersalah karena melakukan perjudian. Padahal, inti energi kelompok tersebut komunitas motor.” ujarnya.
AH Thony mengatakan, ketika mereka suka motor, mereka diberi tanggung jawab dan tantangan. Dibuatkan bengkel melalui program padat karya. Sebagai tantangan menarik. Karena ketika energi mereka tidak bisa disalurkan, Mereka cari sasaran, melakukan pelampiasan.
“Maka bila orentasinya salah, maka kebanyakan yang terjadi seperti sekarang,” imbuhnya.
Menurut AH Thony, akan berbeda kalau kumpulan tersebut dibubarkan. Maka semakin sulit, mengenali proses pengelompokan mereka secara natural. (q cox, Es)