Peristiwa

Prof. Rita UK Petra Dinobatkan Pelopor Ilmu Nyeri Indonesia

84
×

Prof. Rita UK Petra Dinobatkan Pelopor Ilmu Nyeri Indonesia

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) ~ Prof. Dr. Nancy Margarita Rehatta, dr., Sp.An-TI, Subsp.N.An.(K), Subsp.M.N.(K), Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Kristen (UK) Petra, meraih dua penghargaan bergengsi dalam ajang ISAPM Awards 2025 yang digelar oleh Indonesian Society of Anaesthesiology & Pain Management.

Prof. Rita, dinobatkan sebagai penerima Kategori Khusus atas Dedikasi pada Ilmu Nyeri sebagai pelopor ilmu nyeri di Indonesia, sekaligus menerima penghargaan Lifetime Achievement di bidang yang sama. “Penghargaan ini bukan rutin diberikan setiap tahun. Karena itu, saya merasa sangat bangga dan bersyukur atas apresiasi yang diberikan,” ujarnya seusai menerima penghargaan.

Prof. Rita dikenal luas sebagai tokoh yang mengubah cara pandang dunia medis Indonesia terhadap nyeri. Jika sebelumnya nyeri hanya dianggap sebagai gejala, berkat kontribusi penelitiannya, nyeri kini diakui sebagai cabang ilmu tersendiri yang membutuhkan pendekatan multidisipliner.

Disertasi doktoralnya pada 1999 berjudul “Pengaruh Pendekatan Psikologis Prabedah terhadap Toleransi Nyeri dan Respon Ketahanan Imunologik Pasca Bedah” menjadi tonggak penting dalam memahami hubungan antara aspek psikologis dan fisiologis dalam persepsi nyeri. “Ilmu nyeri fokus pada keterlibatan berbagai fungsi tubuh, termasuk otak dan sistem emosi, dalam timbulnya rasa nyeri,” jelasnya.

Hasil penelitiannya turut mendorong Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) untuk mengakui nyeri sebagai bidang praktik tersendiri, yang ditandai dengan diterbitkannya Surat Tanda Registrasi (STR) dan izin praktik mandiri bagi dokter spesialis nyeri.

Prof. Rita menekankan bahwa tantangan terbesar bidang ilmu nyeri ke depan adalah mengubah pandangan masyarakat dan profesional medis agar tidak lagi menganggap nyeri sekadar gejala. “Jika nyeri mengganggu, misalnya menyebabkan sulit tidur, harus ditangani oleh dokter ahli di bidang nyeri,” tegasnya.

Ia juga menilai pentingnya edukasi publik melalui workshop dan integrasi ilmu nyeri dalam kurikulum pendidikan kedokteran.

Sebagai Dekan FK UK Petra, Prof. Rita berharap kampusnya dapat mengembangkan Klinik Nyeri berbasis teknologi dengan layanan terpadu, melibatkan dokter spesialis bersertifikat, ahli psikologi, dan berbagai disiplin lain. “Klinik ini diharapkan menjadi pusat keunggulan dengan pendekatan multidisipliner dalam penanganan nyeri,” pungkasnya. (q cox, tama dini)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *