SURABAYA (Suarapubliknews) ~ Sinyal otak menyimpan berbagai informasi yang dapat dimanfaatkan untuk memahami cara kerja otak manusia. Fokus riset di bidang pengolahan sinyal otak inilah yang mengantarkan Guru Besar ke-266 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof Dr Ir Adhi Dharma Wibawa ST MT menjadi profesor pertama dari Fakultas Kedokteran dan Kesehatan (FKK) ITS.
Dalam orasi ilmiahnya yang bertajuk Pemanfaatan Sinyal Otak untuk Menunjang Inovasi Neuroteknologi bagi Kemajuan Bangsa, Adhi menguraikan bahwa setiap manusia memiliki sekitar 170 miliar sel di otak yang mengatur seluruh aktivitasnya. Aktivitas tersebut menghasilkan gelombang atau sinyal listrik yang dapat ditangkap melalui permukaan kepala menggunakan teknologi electroencephalogram (EEG). “Sinyal yang ditangkap dapat diolah untuk memahami respons otak manusia secara mendalam,” paparnya.
Guru Besar dari Departemen Teknologi Kedokteran ITS itu menjelaskan bahwa penelitian sinyal otak yang dilakukannya menggunakan pendekatan komputasional terintegrasi. Pendekatan ini mencakup tiga tahap utama. Yakni pra-pemrosesan untuk mengurangi gangguan atau distorsi pada sinyal, ekstraksi fitur multilevel untuk menangkap karakteristik sinyal dari berbagai domain, serta representasi visual yang dimanfaatkan sebagai dasar interpretasi dan klasifikasi kondisi otak.
Berbeda dengan metode pada umumnya, penelitian yang dilakukan oleh alumnus Teknik Elektro ITS ini mengintegrasikan berbagai fitur pada tahap ekstraksi. Fitur tersebut mencakup domain waktu (mean), frekuensi (power spectral density), hingga kompleksitas sinyal (entropi). “Ekstraksi fitur ini memungkinkan representasi kondisi mental seperti stres atau kelelahan otak lebih akurat,” terangnya.
Lebih lanjut, Adhi menyampaikan bahwa pemanfaatan sinyal otak memiliki prospek besar di bidang kesehatan. Pengolahan sinyal otak dapat digunakan untuk mendeteksi epilepsi lebih dini, memantau kualitas tidur, hingga membantu proses rehabilitasi pasien stroke. Teknologi ini juga bermanfaat dalam terapi medis lainnya, sehingga membantu tenaga medis mengambil keputusan lebih tepat dan cepat.
Wakil Dekan FKK ITS itu juga menjelaskan penerapan lain dari pengolahan sinyal otak. Selain bidang kesehatan, imbuhnya, aplikasi sinyal otak juga dapat mengkaji respons emosional dalam bidang neuromarketing. Gelombang yang dipancarkan oleh otak konsumen akan mencerminkan respons terhadap produk yang ditampilkan, sehingga dapat membantu pelaku usaha untuk evaluasi produk.
Ketua Tim Pendirian Program Studi Teknologi Kedokteran ITS itu menerangkan bahwa bidang ilmu Pengolahan Sinyal Otak memiliki potensi besar untuk melahirkan berbagai aplikasi inovatif. Inovasi ini tidak hanya terbatas pada bidang kesehatan, tetapi juga dapat diterapkan dalam bidang psikologi hingga pendidikan. “Harapannya, temuan ini tidak hanya berhenti di laboratorium, tetapi dapat diwujudkan menjadi solusi praktis yang bermanfaat langsung bagi masyarakat,” ungkapnya.
Lelaki kelahiran Surabaya, 5 Mei 1976 itu menekankan bahwa riset pengolahan sinyal otak tidak hanya bermanfaat untuk mendukung kesehatan fisik dan mental masyarakat, tetapi juga menjadi pendorong lahirnya inovasi di bidang neuroteknologi. Kontribusi ini sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) poin ke-3 tentang kehidupan sehat dan sejahtera serta poin ke-9 tentang industri, inovasi, dan infrastruktur yang berfokus pada penguatan daya saing bangsa melalui pengembangan teknologi. (q cox, tama dini)