SURABAYA (Suarapubliknews.net) – Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) Kota Surabaya, yang diresmikan langsung oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini pada 09 januari 2017, merupakan ruang khusus bagi warga Surabaya yang ingin menyelesaikan permasalahan, baik terkait kenakalan anak maupun seputar masalah keluarga.
Kehadiran Puspaga ini, selaras dengan predikat Surabaya sebagai kota ramah anak yang mengedepankan kesetaraan gender, anti kekerasan perempuan dan anak, juga perdagangan manusia.
Kepala Dinas Pengendalian Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP5A) Kota Surabaya, Nanis Chairani mengatakan, Puspaga sendiri bersifat lebih ke pencegahan dini seputar masalah keluarga ataupun anak, sedang untuk penanganan kasus lebih ditujukan pada lembaga Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan Dan Anak (PPTP2A) pada lingkup kota, dan Pusat Krisis Berbasis Masyarakat (PKBM) di lingkup kecamatan. Dua lembaga khusus yang langsung dibawah DP5A.
“Puspaga sendiri lebih pada pencegahan dini seperti konseling. Sedangkan untuk penanganan kasus kita punya tim sendiri yang datang langsung ke lapangan yaitu PPTP2A, dan kita juga di bantu PKBM yang ada di kecamatan,” kata Nanis, saat ditemui di ruang kerjanya, Jum’at, (26/01/18).
Puspaga yang berlokasi di lantai II Eks Gedung Siola ini, terdapat beberapa fasilitas layanan yang sifatnya gratis bagi warga Surabaya, seperti ruang untuk curhat seputar masalah keluarga, konseling anak, konsultasi hukum, hingga konsultasi untuk pasangan yang akan menikah.
Nanis mengungkapkan, selama tahun 2017 di Puspaga sendiri, pihaknya telah melayani 60 kasus seputar permasalahan keluarga, sedangkan untuk yang langsung datang ke lapangan jumlahnya lebih banyak, sekitar 700 kasus yang sudah ditangani.
“Memang tidak semuanya kita lakukan outreach, kita lihat dulu kasusnya seperti apa, ada yang berkali-kali kita harus datang ke rumahnya. Ada pula yang hanya orang tuanya yang kita beri pemahaman,” terangnya.
Tahun 2018, lanjut Nanis, pihaknya akan mengadakan program baru kelas parenting khusus bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), dengan diprioritaskan pada penyembuhan psikologis anak.
“Seperti anak (ABK) yang suka ngiler, itu kita lakukan terapi psikologis agar kebiasaan ngiler anak tersebut hilang,” paparnya.
Dengan hadirnya Puspaga, Nanis berharap, kedepan warga Surabaya bisa mempunyai ketahanan keluarga yang kuat dan utuh.
“Jika ketahanan keluarganya bagus, mereka utuh, rukun, dan saling mendukung, anak-anak ini akan berkembang dengan baik karena mereka akan nyaman di rumah,” pungkasnya. Sumber: Humas Pemkot Surabaya. (q cox)