Nasional

Ramai Wisatawan, Pulau Gili Trawangan Masih Minim Infra Struktur

309
×

Ramai Wisatawan, Pulau Gili Trawangan Masih Minim Infra Struktur

Sebarkan artikel ini

LOMBOK-NTT (Suarapubliknews) – Lokasi wisata kepulauan Gili di Nusa Tenggara Barat terdiri dari tiga pulau kecil atau pulau Gili kembar tiga yakni Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air, yang lokasinya tepat di lepas pantai barat laut Lombok, Indonesia. Kepulauan ini merupakan destinasi wisata populer bagi wisatawan.

Namun Gili Trawangan adalah yang terbesar dan satu-satunya gili yang ketinggiannya di atas permukaan laut cukup signifikan. Dengan panjang 3 km dan lebar 2 km, Trawangan berpopulasi sekitar 800 jiwa. Di antara ketiga gili tersebut,.

Hasil pantauan media ini jelang dan saat Tahun Baru 2020, Gili Trawangan menjadi rujukan wisatawan lokal dan manca negara karena memiliki fasilitas paling beragam serta punya nuansa “pesta” lebih daripada Gili Meno dan Gili Air.

Sayangnya, pulau indah yang populer dengan wisata scuba diving, snorkeling, bermain kayak, dan berselancar ini, belum dilengkapi dengan kesiapan infra struktur yang memadai padahal wisatawan harus berjalan, naik sepeda angin atau naik CIDOMO untuk bisa menikmati keindahan di sekeliling pulau.

Kondisinya kian parah manakala hujan turun, karena jalanan (utamanya di perkampungan) masih belum tersentuh aspal. Jalanan paving hanya bisa ditemui di akses utama yakni di sepanjang pesisir pantai yang menjadi pusat keramaian, hiburan dan lokasi hotel.

Tentu saja fasilitas public yang berkaitan dengan sarana dan prasarana (sarpras) di Gili Trawangan ini tidak berbanding lurus dengan omset yang didapatkan dari kunjungan wisatawan dan banyaknya usaha yang tumbuh di lokasi tersebut.

“Jalanan utama banyak air tergenang, apalagi kalau masuk ke perkampungan, ya dinikmati saja. Saat hujan, pejalan kaki tidak bisa kemana-mana,” ucap Febry wisatawan local asal Surabaya. Rabu (1/1/2020)

Menurut salah satu penduduk setempat, puncak kedatangan wisata asal manca negara pada bulan Juni dan Juli, namun setiap harinya tidak pernah sepi pengunjung meski kondisinya masih banyak perbaikan pasca dilanda bencana gempa yang hebat.

“Dari pengelolaan sampah saja (retribusi), pemerintah setempat bisa memperoleh pendapatan yang besar dalam setiap bulan. Apalagi ditambah dengan yang lain. Tapi kondisi jalan dari dulu hingga sekarang ya masih seperti ini. Belum ada tambahan fasilitas, kecuali perbaikan pelabuhan yang sampai kini belum selesai,” tuturnya kepada media ini. (q cox)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *