SURABAYA (Suarapubliknews) – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Satpol PP Kota Surabaya menggencarkan patroli untuk mengantisipasi adanya gangguan ketentraman dan ketertiban umum (trantibum), baik sebelum atau selama Bulan Ramadan 2025.
Kepala Satpol PP Kota Surabaya, M. Fikser mengatakan, patroli tersebut dilakukan secara rutin dan menyisir lokasi-lokasi yang rawan akan gangguan trantibum.
“Gangguan yang sering terjadi saat Bulan Ramadan, biasanya perang sarung dan tawuran. Lokasinya biasanya di bawah Jembatan Suramadu, Jalan Kenjeran, Jalan Kapas Madya, Jalan Ir. Soekarno, di dekat TPU Rangkah, serta Jalan Ngaglik,” kata Fikser, Kamis (20/2/2025).
Selain perang sarung dan tawuran, Satpol PP Surabaya juga turut mengantisipasi adanya aktivitas balap liar yang dilakukan oleh anak-anak pada malam hari, saat Bulan Ramadan berlangsung.
“Sekarang lagi tren balap sepeda angin yang dilakukan oleh anak-anak, sehingga aktivitas negatif tersebut turut menjadi atensi kami dalam menjaga kondusifitas selama Ramadan,” lanjutnya.
Dalam pelaksanaan patroli tersebut, seluruh personel Satpol PP akan diterjunkan. Mulai dari personel di tingkat kecamatan hingga kelurahan dan bertugas menyisir area perkampungan warga. Satpol PP Surabaya juga turut berkolaborasi bersama aparat keamanan, yakni TNI-Polri dalam giat patroli tersebut.
“Jika ditemukan adanya aktivitas tawuran maupun perang sarung serta membawa senjata tajam, maka akan kami serahkan kepada kepolisian selaku pihak yang berwenang,” tegasnya.
Untuk itu, Fikser mengimbau kepada para orang tua untuk memberikan perhatian lebih terhadap aktivitas anak-anak mereka selama Bulan Ramadan.
“Orang tua harus lebih mengawasi anak-anak, terutama pada malam hari setelah pukul 21.00 WIB, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, utamanya mencegah kenakalan remaja,” ujar dia.
Lebih lanjut, apabila saat patroli ditemukan adanya aktivitas yang memicu gangguan ketentraman dan ketertiban umum, maka para petugas akan melakukan penjangkauan untuk dibawa ke Kantor Satpol PP Kota Surabaya.
“Tetap kami lakukan penjangkauan kepada mereka. Lalu, apabila kami menemukan adanya anak-anak yang bergerombol, akan kami datangi dan kami minta mereka untuk bubar. Kami bersikap tegas namun tetap mengedepankan sisi humanis,” pungkasnya. (q cox)