YOGYAKARTA (Suarapubliknews.net) – Buku karya Sir Thomas Stamford Raffles, History of Java memang menjadi literasi awal dunia internasional terhadap kesejarahan pulau Jawa.
Head of Business Development History of Java Museum, Wisnu Aditya W mengatakan meski kini telah banyak perkembangan pengetahuan kesejarahan di Jawa termasuk penemuan artefak yang membuat kesejarahan Jawa lebih update, buku Raffles terbaca sangat komprehensif dan cerdas
“History of Java Museum meski tak memiliki kaitan langsung dengan buku Raffles ini, memiliki tujuan untuk menjadi wahana khasanah sejarah yang sama komprehensifnya dengan Raffles,” katanya.
Tanpa meninggalkan misi utama edukasi dan literasi kesejarahannya, keberadaan History of Java Museum bermaksud menjadikan museum yang oleh sebagian masyarakat Indonesia adalah tempat yang membosankan dan menyeramkan, menjadi sebuah wahana edukasi yang menarik dan up to date.
“Mengunjungi History of Java Museum, maka kita akan diajak untuk mengerti mengenai Jawa, masyarakat Jawa, Sejarah Jawa, dan Budayanya. Betapa bangsa ini ternyata sangat toleran, pemberani sekaligus memiliki cita rasa budaya yang tinggi dalam kehidupan semestanya,” lanjut Wisnu.
Dijelaskan Wisnu museum yang akan buka awal agustus ini terbagi dalam beberapa zona, di awal pengunjung diajak melihat sekilas secara audio visual bagaimana terbentuknya pulau Jawa hingga masyarakat yang ada di pulau Jawa. Kemudian pengunjung bisa melihat koleksi museum dengan artefak artefak sejarahnya.
“Museum ini juga akan dilengkapi Augmented Reality yang bisa dimanfaatkan pengunjung untuk ber-swafoto. Pemanfaatan teknologi juga dilakukan dalam bentuk aplikasi Augmented Story Teller yang kini tengah dikembangkan,” jelasnya.
Tak hanya itu sebagai komitmen pada pelestarian sejarah, seni dan budaya di zona “Tumpeng Galeri’ menjadi ruang diskusi dan ruang pamer. Selain itu juga menjadi tempat untuk pelestarian Bahasa jawa dengan sebuah kursus Bahasa jawa secara berkala.
History of Java Museum juga menghadirkan area kuliner yang bernuansa Malioboro tempo dulu. Dan di ujung “Malioboro” terdapat panggung besar yang juga secara periodik menampilkan suguhan seni dan budaya baik tradisi maupun modern dari berbagai kalangan seniman, baik local, nasional bahkan internasional.
“Komprehensifnya tulisan Raffles dalam History of Java, kami wujudkan secara fisik dengan dukungan teknologi di History of Java Museum. Dan kami berharap dapat menjadi wahana serta media yang menyenangkan untuk berwisata sekaligus memiliki konten edukatif yang memberikan nilai positif bagi pelestarian budaya adiluhung yang dimiliki Bangsa Indonesia, karena sejarah selalu menjadi sesuatu yang actual,” tandas Wisnu. (q cox, Tama Dinie)