SURABAYA (Suarapubliknews) ~ Perkembangan Single Investor Identification (SID) di Jawa Timur terus bertumbuh positif tiap tahunnya, hal tersebut dipengaruhi semakin banyak masyarakat yang melek investasi. Tentunya ini tidak terlepas dari upaya Bursa Efek Indonesia yang gencar melakukan edukasi investasi di pasar modal.
Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia Jawa Timur, Dewi Sriana Rihantyasni mengatakan, dalam upaya meningkatkan literasi masyarakat di pasar modal, BEI intens melakukan kerjasama dengan berbagai pihak. KP BEI Jawa Timur terus melakukan kegiatan sosialisasi dan edukasi pasar modal.
“Sosialisasi edukasi tentang pendanaan melalui pasar modal dilaksanakan di berbagai kota Jawa Timur, diharapkan makin banyak masyarakat, yang mengetahui keberadaan dan fungsi lembaga-lembaga keuangan termasuk pasar modal Indonesia dan BEI pada khususnya, sehingga dapat menaikkan tingkat literasi masyarakat,” ungkapnya.
Meski secara pertumbuhan SID tahun 2022 tidak sebanding dengan tahun 2021 yang mencapai pertumbuhan seratus persen lebih, namun tren positif pertumbuhan SID di Jawa Timur patut dibanggakan.
Jumlah SID Pasar Modal Jawa Timur sd Desember 2022 adalah 1.360.011 (13,28% dari total 10.242.207). Secara YoY: Kenaikan jumlah SID Pasar Modal Jawa Timur sebesar 36,47%. Kenaikan jumlah SID Pasar Modal Nasional sebesar 37,30%.
“Itu semua mencakup SID Saham, SID Reksadana, SID E-Bae dan SID SBN. Surabaya menjadi kota dengan SID terbanyak di Jatim disusul 9 kota lainnya yaitu Malang, Sidoarjo, Kediri, Jember, Gresik, Banywangi, Madiun, Pasuruan, Mojokerto,” terangnya.
BEI sesuai tema dan sasaran OJK di 2023, mendapat tugas memperkuat ketahanan financial melalui peningkatan literasi keuangan yang inklusif, dengan beberapa sub tema, salah satunya menginisiasi masyarakat desa yang cakap keuangan antara lain dengan edukasi bagi perangkat desa, disamping meningkatkan penggunaan media digital.
“Dari sepuluh sasaran prioritas kegiatan edukasi keuangan, tahun 2023 ini kami mendapat rekomendasi empat sasaran prioritas yakni pelaku UMKM, Masyarakat daerah 3 T (tertinggal, terdepan dan terluar), penyandang disabilitas dan pelajar atau santri,” tutupnya. (q cok, tama dini)