SURABAYA (Suarapubliknews) – Kepala Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeko) Kota Surabaya, Eri Cahyadi memberikan tanggapan terkait Banjir yang sempat terjadi di wilayah Surabaya Barat yakni Kecamatan Sambikerep dan Lakarsantri, Kamis (31/01) lalu.
Menurut dia, penyebab banjir adalah karena kurangnya resapan air akibat pembangunan perumahan Pakuwon dan Citraland yang belum menyelesaikan pembangunan kolam tampung air sebagai pengganti resapan yang terkoneksi di wilayah sekitarnya.
Eri menyebut, sebetulnya Pemkot Surabaya telah memberikan izin pembuatan kolam tampung air yang wajib dibangun oleh pihak pengembang sejak 2013.
“Karena kemarin belum selesai kolam tampung yang dibangun, sesuai dengan gambar yang direncanakan, curah hujannya melebihi yang biasanya, sehinga terjadilah banjir,” jelas Ery di Kantor Bappeko, jalan Pacar Nomor 8 Surabaya, Jumat (8/2/2018).
Menurut Eri, di wilayah itu seharusnya terdapat dua kolam tampung. Dari dua kolam tampung tersebut diperkirakan dapat menampung debit air hujan di wilayah itu yang nantinya dapat terkoneksi ke Waduk Slamet.
“Ada dua kolam tampung, saya lupa ukurannya, tetapi kolam tampung itu untuk menampung air sementara sampai dengan ketika hujan agak reda maka dia bisa berjalan ke waduk Slamet,” tuturnya.
Ery menilai pembangunan dua kolam tampung tersebut telah dihitung oleh para ahli dan pengamat yang nantinya dipastikan akan menghindarkan banjir yang terjadi di wilayah Surabaya Barat.
“Itu sudah dikoreksi juga dari teman-teman pengamat, sehingga hitungan itu sudah mencakup menampung air yang posisinya ada di wilayah barat terutama yang ada di Pakuwon atau Citraland,” jelasnya.
Ia juga menjelaskan, jika pembangunan kolam tampung tak segera diselesaikan, kerugian akibat banjir tak hanya akan dialami oleh Pemkot saja. Tapi juga setiap pengembang perumahan akan mengalami kerugian akibat banjir jika membangun perumahan tanpa dibarengi dengan pembangunan kolam tampung air.
“Ketika terjadi banjir yang rugi tidak hanya dari pemerintah kota, tapi pengembang juga akan jadi rugi,” pungkasnya. (q cox)