Peristiwa

Surabaya Fashion Parade 2025 Usung Tema ‘Rebellion’, Dorong Desainer Eksplorasi Kreatif Lampaui Batas Aman.

81
×

Surabaya Fashion Parade 2025 Usung Tema ‘Rebellion’, Dorong Desainer Eksplorasi Kreatif Lampaui Batas Aman.

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) ~ Surabaya Fashion Parade (SFP) kembali hadir tahun ini dengan energi yang berbeda. Memasuki penyelenggaraan ke-18, ajang mode terbesar di Jawa Timur itu mengusung tema “Rebellion” atau “Reebillion”, sebuah konsep yang mendorong para desainer untuk keluar dari batas aman dan menantang pakem mode arus utama.

Digelar pada 14–16 November 2025 di Convention Hall Tunjungan Plaza 3, Lantai 6, SFP 2025 menghadirkan rangkaian runway yang dirancang lebih teatrikal dan eksperimental. Tata lampu, multimedia, hingga layout catwalk dibuat tidak lagi “lurus” seperti biasanya—semuanya dirancang untuk menciptakan pengalaman visual yang dramatis dan imersif.

Founder Surabaya Fashion Parade, Dian Apriliana, menegaskan bahwa Reebillion tidak sekadar tema, tetapi sebuah sikap kreatif dalam mode. Menurutnya, setelah 18 tahun hadir, SFP ingin mencerminkan keberanian baru dari para desainer yang tampil.

“‘Reebillion’ adalah panggilan bagi para desainer untuk tidak takut menentang kemapanan. Setelah 18 tahun, SFP ingin menjadi cermin dari keberanian. Kami ingin melihat karya yang jujur, otentik, dan merefleksikan semangat perlawanan positif, menolak batas dan merangkul kebaruan. Inilah wajah fashion Surabaya yang sebenarnya,” ujarnya.

Pernyataan tersebut sejalan dengan semangat SFP tahun ini yang memberi ruang eksplorasi tanpa batas, menghadirkan nuansa eksperimental dan energi pemberontakan yang terasa kuat di panggung.

Antusiasme juga datang dari komunitas mode nasional. Indonesia Fashion Chamber (IFC), yang secara konsisten mendukung SFP sejak awal, melihat tema Reebillion sebagai energi penting bagi regenerasi desainer dan pendorong keberanian eksplorasi kreatif.

Salah satu desainer senior IFC, Alben Ayub Andal, yang dikenal dengan karya ready-to-wear khasnya, menegaskan bahwa Reebillion adalah tantangan yang relevan untuk dunia mode saat ini.

“Tema ‘Reebillion’ ini menantang kami untuk membuat ‘pemberontakan’ yang dapat dicerna oleh pasar. Ini bukan hanya avant-garde yang kaku. Kami ingin membuktikan bahwa busana ready-to-wear pun bisa memiliki karakter yang kuat, berani, dan menolak stagnasi, tanpa mengorbankan fungsionalitas. Ini adalah fashion yang jujur dan berkarakter, cocok dengan gaya hidup urban yang dinamis di Surabaya,” jelasnya.

Selama tiga hari penyelenggaraan, sejumlah desainer menampilkan interpretasi mereka terhadap semangat pemberontakan: dari eksplorasi futuristik bernuansa gelap, permainan tekstur ekstrem, hingga desain etnik yang diramu kembali dalam gaya modern.

Deretan nama yang tampil antara lain Deden Siswanto, Gita Orlin, Mega Ma, Stella Lewis, hingga Riris Ghofir, masing-masing dengan karakter kuat dan pendekatan desain yang tidak biasa. Kategori yang dihadirkan juga beragam, mencakup modest fashion, etnik kontemporer, hingga kids runway yang penuh energi imajinatif.

SFP 2025 kembali digelar melalui kolaborasi strategis antara Tunjungan Plaza dan Indonesian Fashion Chamber (IFC). Hubungan panjang ini menjadi kunci konsistensi SFP dalam menghadirkan tema segar serta keberagaman gaya dari para desainer lokal hingga nasional.

Di balik kemeriahan catwalk, SFP 2025 membawa pesan kuat bahwa mode adalah bahasa ekspresi diri. Tema Reebillion menjadi simbol keberanian untuk menolak stagnasi dan merayakan orisinalitas.

Dengan konsep panggung yang semakin matang dan interpretasi kreatif yang terus berevolusi, Surabaya Fashion Parade 2025 menegaskan posisinya sebagai barometer kreativitas di Jawa Timur. Tahun ini, semangat “pemberontakan” tidak hanya terdengar di panggung, tetapi juga tercermin dari cara para desainer meredefinisi identitas mode mereka. (q cox, tama dini)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *