SURABAYA (Suarapubliknews) – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya berkomitmen melindungi dan mencegah terjadinya kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak. Salah satu upaya itu dilakukan dengan menguatkan aqidah agama masyarakat melalui pendidikan di sekolah maupun Sekolah Orang Tua Hebat (SOTH).
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan sejak awal memimpin Kota Pahlawan, ia telah concern dalam penguatan pendidikan aqidah agama masyarakat. Baginya, membangun Sumber Daya Manusia (SDM) ini juga penting disamping sektor infrastruktur.
“Karena itu sejak saya memimpin sampai hari ini itu adalah bagaimana membentuk akhlak yang bagus. Salah satunya adalah melalui penguatan (aqidah agama) di sekolah-sekolah dan melalui Sekolah Orang Tua Hebat,” kata Wali Kota Eri Cahyadi, Selasa (30/1/2024).
Menurutnya, kasus kekerasan yang terjadi terhadap perempuan dan anak menunjukkan karena kurangnya aqidah agama. Makanya, pihaknya ke depan akan lebih intens lagi dalam penguatan aqidah agama melalui SOTH di masing-masing perkampungan.
“Sehingga itu (kasus kekerasan) bisa terkurangi dan kejadian-kejadian ini memberikan pembelajaran. Karena kejadian itu terjadi pada tempat-tempat yang padat, sehingga kita akan lebih konsentrasi lagi ke sana,” katanya.
Di samping itu, Wali Kota Eri juga meminta jajarannya untuk mengedukasi warga agar lebih meningkatkan kepedulian antar sesama. Bagaimana setiap warga itu bisa saling mengawasi satu dengan yang lain antar tetangga. “Bagaimana sesama tetangga saling bisa mengawasi satu dengan yang lainnya. Itu yang kita lakukan,” ungkap dia.
Di kesempatan terpisah, Kepala Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA), Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3A-PPKB) Kota Surabaya, Thussy Apriliyandari menjelaskan, pencegahan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak dilakukan pemkot dengan melibatkan seluruh elemen dalam jejaring.
“Upaya pemkot dari hulu sampai hilir. Jadi pemkot dalam pencegahan dan penuntasan kasus bukan hanya dilakukan oleh DP3A-PPKB, tapi kita semuanya berkolaborasi,” kata Thussy.
Menurut Thussy, berbagai upaya telah digencarkan Pemkot Surabaya dalam upaya pencegahan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak. Upaya itu di antaranya melalui kegiatan promosi layanan Puspaga (Pusat Pembelajaran Keluarga) melalui media sosial, media cetak dan elektronik.
“Kita memiliki Puspaga Kota dan Puspaga ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) di Mal Pelayanan Publik Siola. Kita juga punya Puspaga di rumah anak-anak prestasi di Nginden dan Sonokwijenan,” paparnya.
Di samping itu, Thussy menyebut, saat ini terdapat 478 Puspaga Balai RW yang tersebar di Kota Surabaya. Puspaga Balai RW ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada para orang tua tentang pentingnya pengasuhan yang positif dalam mencegah kekerasan terhadap perempuan dan anak.
“Kami berharap dengan upaya-upaya, pengembangan program dan kebijakan yang terus kami lakukan ini, kasus kekerasan perempuan dan anak di Kota Surabaya dapat terus ditekan,” pungkas dia. (q cox)