Pemerintahan

Surabaya Perkuat Program Wajib Belajar 13 Tahun, PAUD Jadi Fondasi Karakter Anak

64
×

Surabaya Perkuat Program Wajib Belajar 13 Tahun, PAUD Jadi Fondasi Karakter Anak

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memperkuat implementasi Gerakan Wajib Belajar 13 Tahun yang mencakup satu tahun pendidikan anak usia dini (PAUD) sebelum melanjutkan ke jenjang SD hingga SMA/sederajat. Program ini menjadi bagian dari enam program prioritas Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) dalam membangun generasi emas.

Enam program prioritas tersebut meliputi penguatan pendidikan karakter, pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan kualifikasi dan kompetensi guru, penguatan literasi, numerasi dan sains teknologi, pemenuhan sarana prasarana, hingga pembangunan bahasa dan sastra.

Ketua Bunda PAUD Kota Surabaya, Rini Indriyani, menekankan pentingnya satu tahun prasekolah bagi tumbuh kembang anak. “Pendidikan prasekolah itu penting sekali, karena perkembangan zaman sekarang luar biasa. Dulu wajib belajar 12 tahun, sekarang ditambah prasekolah,” kata Bunda Rini, Senin (22/9/2025).

Bunda Rini menilai bahwa PAUD bukan sekadar ruang bermain. Di dalamnya, anak dilatih bersosialisasi, belajar mandiri, hingga membangun kepercayaan diri. Anak yang terbiasa bersekolah di PAUD lebih siap menghadapi masa transisi ke SD.

“Kalau dia sudah sekolah prasekolah, ketika masuk SD, anak akan lebih berani. Malah ada yang bilang, ‘Mama, nggak usah diantar. Mama nggak usah masuk.’ Itu artinya mereka sudah terbiasa mandiri,” tuturnya.

Menurutnya, pengalaman sederhana seperti menunggu giliran atau berinteraksi dengan teman sebaya menjadi bekal tak ternilai. Tanpa itu, anak berisiko minder, bahkan takut sekolah. “Kalau anak tidak terbiasa berkumpul, bisa dipastikan ketika masuk SD dia akan minder. Itu yang bahaya,” kata Bunda Rini.

Selain itu, Bunda Rini menilai bahwa kesadaran orang tua, juga perlu dibangun. Karenanya, Pemkot Surabaya menjalankan program Sekolah Orang Tua Hebat (SOTH) untuk mengedukasi keluarga tentang pentingnya pendidikan usia dini. “Jadi (prasekolah) bukan sekadar tambahan waktu, tapi bekal untuk masa depan anak dalam pembentukan karakter mulai usia dini, golden age,” ujarnya.

Untuk memastikan semua anak Surabaya mendapat kesempatan prasekolah, pemkot membentuk jejaring Bunda PAUD mulai tingkat kota, kecamatan, hingga kelurahan. Mereka bergerak bersama turun ke lapangan untuk mendata anak usia 5-6 tahun yang belum bersekolah.

“Ada yang belum sekolah, ada yang tidak mau sekolah, itu kami data, kami datangi satu-satu. Kalau tidak mau sekolah, kami ajak ngobrol, cari solusi,” jelas Bunda Rini.

Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya, Yusuf Masruh, menyampaikan bahwa keberhasilan program ini tidak lepas dari kolaborasi lintas perangkat daerah (PD). “Alhamdulillah, sinerginya baik. Bunda PAUD sangat support, sehingga kami bisa fokus memberikan layanan di satuan pendidikan. Kalau ada anak yang mau sekolah tapi terkendala biaya, langsung dicarikan solusi,” ujar Yusuf.

Yusuf menekankan, meskipun TK dan PAUD tidak menjadi syarat formal untuk masuk SD, manfaat prasekolah ini terlihat nyata. Anak menjadi lebih mandiri, bahkan dalam hal sederhana seperti memakai baju sendiri. “Itu bentuk kemandirian. Jadi orang tua akan percaya menitipkan anaknya,” katanya.

Selain membangun karakter, pendidikan di PAUD Surabaya juga diintegrasikan dengan literasi, numerasi, serta nilai agama yang dikemas secara menyenangkan. Yusuf menegaskan, suasana belajar harus aman dan menggembirakan agar anak tidak merasa terbebani. “Jangan sampai orang tua sudah memasukkan anak, tapi di sekolah tidak menyenangkan,” kata dia.

Sementara itu, Dosen Pendidikan Guru (PG) PAUD Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Fatiha Khoirotunnisa Elfahmi, menilai langkah Pemkot Surabaya dalam menjalankan wajib belajar 13 tahun terbilang progresif dibanding daerah lain. “Advokasi dilakukan masif, gurunya juga disekolahkan sungguh-sungguh,” ujar Fatiha.

Menurut Fatiha, Pemkot Surabaya telah memberikan beasiswa S-1 bagi 195 guru PAUD melalui program rekognisi pembelajaran lampau (RPL). Bahkan, di tahun ini ada tambahan 200 guru lagi yang tengah menempuh pendidikan perguruan tinggi.

“Dampaknya luar biasa. Guru yang tadinya belum paham cara mengajarkan literasi-numerasi yang tepat, kini lebih terampil dan menyenangkan. Ini berpengaruh langsung pada kualitas pembelajaran,” jelasnya.

Fatiha menilai, komitmen ini menunjukkan bahwa Pemkot Surabaya tidak hanya fokus membangun infrastruktur, tetapi juga meningkatkan kualitas sumber daya manusia. “Kalau atensi ini terus dijaga, Surabaya akan melahirkan generasi yang unggul, berkarakter, dan siap menghadapi masa depan,” pungkasnya. (q cox, ADV)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *