SURABAYA (Suarapubliknews) ~ Tantangan sektor pertanian di Jawa Timur masih sangat tinggi. Bank Indonesia Kantor Perwakilan Jawa Timur mencatat ada empat tantangan yang harus ditangani segera agar sektor pertanian bisa berkembang. Hal ini diungkapkan dalam acara Jatim Talk, Mendorong Penguatan Produksi Pertanian dan Agro Industri untuk Mengakselerasi Hilirisasi Pertanian.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jawa Timur, Doddy Zulverdi mengatakan ada empat tantangan sektor pertanian yang mendorong urgensi pengembangan di sektor ini. Yakni, penurunan produksi dan produktivitas, nilai tambah yang rendah, impor sektor pertanian yang tinggi dan investasi yang masih sangat rendah.
“Harus ada insenttif di sektor pertanian dan bagi petani. Sehingga masyarakat semangat untuk meningkatkan sektor ini. Karena kalau dilihat pendapatan perkapita petani ini sangat rendah, hanya Rp 25 juta per tahun, berbeda dengan sektor lain yang mencapai Rp 166 juta per tahun,” katanya.
Untuk investasi di sektor ini memang masih sangat rendah. Periode 2015 – 2023 ini, investasi di sektor ini untuk penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar 0,7 persen semantara untuk penanaman modal asing (PMA) sebesar 1,2 persen dari total investasi yang masuk ke Jawa Timur “Dengan kondisi di imana produksi dan produktivitas yang rendah, nilai tambah yang rendah pula maka akan sulit untuk menggaet investor di sektor ini,” lanjutnya.
Tantangan di sektor pertanian ini memang bukan hanya di hulu tapi juga di hilir. Karenanya butuh suatu terobosan agar sektor ini bisa terus bertumbuh apalagi ini menyangkut ketahanan pangan nasional. “Kita ini dituntut agar harga pangan tidak mahal karena itu akan mempengaruhi inflasi, sehingga sektor pertanian memang harus terus ditingkatkan,” jelasnya.
BI Jatim pun merekomendasikan adanya penguatan produksi dan produktivitas sisi hulu terutama melalui penguatan teknologi prapanen antara lain benih dan lahan. “Juga dengan handling, storage dan pengolahan untuk konsumsi,” ujarnya.
Rekomendasi lainnya dengan mendorong hilirisasi menuju nilai tambah tinggi, meningkatkan ekspor dan subsitusi impor produk pertanian yang dapat diproduksi domestik. Serta mendorong investasi dan akses pembiayaan bagi seluruh pemain di rantai hulu hingga hilir.
Ketua Kadin Jawa Timur, Adik Dwi Putranto mengatakan hilirisasi sektor pertanian sangat penting, tapi di sektor hulu jauh lebih penting. “Kita harus mempertahankan surplus tanaman pangan. Jangan karena ada hilirisasi tanaman pangan ini, akhirnya semua kemakan hilirisasi bukan untuk konsumsi. Karena bagaimanapun ketahanan pangan untuk konsumsi jauh lebih penting. Sektor pertanian ini butuh sentuhan teknologi sehingga nantinya akan lebih maju dan berkembang,” jelasnya. (q cok, tama dini)