SURABAYA (Suarapubliknews) – Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi akhirnya berhasil mengumpulkan puluhan pengemudi perempuan ojek online (ojol), di lobby lantai 2 Kantor Balai Kota, Senin (15/8/2022). Para perempuan pengemudi ojol tersebut sengaja dihadirkan untuk dilatih dan difasilitasi oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, tujuannya agar mendapatkan penghasilan tambahan.
Dalam kesempatan ini, Wali Kota Eri Cahyadi dengan didampingi oleh Ketua Tim Penggerak (TP) PKK, Rini Indriyani, jajaran Asisten dan Kepala PD di lingkup Pemkot Surabaya, sempat menitikkan air mata. Wali Kota Eri Cahyadi tidak tega melihat ada perempuan yang bekerja sebagai pengemudi ojol di Surabaya.
“Ketika saya bayangkan, panjenengan semua adalah orang tua atau ibu saya, tentu sebagai seorang anak, tidak mungkin ada keikhlasan ketika ibunya harus bertarung sampai dengan larut malam,” kata Wali Kota Eri Cahyadi sembari menyeka air matanya.
Wali kota yang akrab disapa Cak Eri Cahyadi itu mengaku tidak rela, melihat seorang perempuan sebagai pengemudi ojol dan bekerja hingga larut malam. Menurut Cak Eri, hal itu sungguh menyesakkan dada dan membuatnya tersentuh ingin membantu memberikan pekerjaan yang lebih layak.
Dalam sambutannya, Cak Eri sempat bercerita sedikit mengenai pengalamannya ketika memesan makanan melalui aplikasi ojol. Pada saat itu, jam di rumahnya menunjukkan pukul 21.30 WIB. Tak lama kemudian, makanan itu tiba di rumah orang nomor satu di lingkup Pemkot Surabaya ini.
Lantas Cak Eri meminta tolong anaknya, Rahmat Haidar Pasha untuk mengambil makanan dan membayar jasa pengemudi ojol tersebut. Tak lama dari itu, Pasha masuk kembali ke dalam rumah, meminta uang tambahan untuk tips sang pengemudi ojol.
“Anak saya bilang, ‘Yah uangnya tak tambahin ya?’,” menirukan ucapan putranya.
Mulanya, Cak Eri menganggap memberikan tips itu wajar dilakukan oleh Pasha, ketika membeli makanan melalui jasa ojol. Tapi, yang membuat Cak Eri heran, putranya itu menambah uang tips lebih dari biasanya. “Kok tumben, nggak kayak biasanya. Ternyata anak saya bilang kalau pengemudinya perempuan. Mak deg (kaget) saya,” ungkap dia.
Berawal dari itu, timbul rasa prihatin dari dalam hati kecil Cak Eri. Melihat ada pengemudi ojol perempuan bekerja hingga larut malam seorang diri, ia langsung meminta Kepala Dinas Sosial Surabaya, Anna Fajriatin untuk melakukan pendataan untuk dibantu.
Karena bukan hanya sekali itu ia menemui pengemudi ojol perempuan, bahkan sudah tiga kali. Oleh karena itu, dia meminta kepada jajarannya untuk mendata agar pengemudi ojol perempuan di Surabaya mendapat pekerjaan yang lebih layak dan aman.
“Nyuwun tolong Bu Anna, nanti suaminya juga didata. Pekerjaan suaminya apa, kalau memang pekerjaanya tidak pasti, tolong dilatih para ibu – ibu ini,” ujarnya.
Setelah didata, Dinas Sosial (Dinsos) Surabaya berhasil mengumpulkan setidaknya ada 246 pengemudi ojol perempuan di Kota Pahlawan. Bukan sekadar didata, pengemudi ojol perempuan itu kemudian dilatih dan difasilitasi dengan berbagai keahlian serta alat oleh Pemkot Surabaya.
Mulai dari pelatihan menjahit, menyablon dan membuat kue. Begitu dengan bantuannya, Pemkot Surabaya juga memberikan fasilitas mesin jahit, peralatan untuk sablon hingga produksi pastry (kue).
“Ketika seorang ibu atau perempuan itu ingin mendapatkan penghasilan tambahan, kalau bisa bekerja di rumah. Jangan sampai bekerja di luar rumah sehingga membahayakan dan tidak bisa memberikan pendampingan untuk anaknya,” ucapnya.
Ia menambahkan, gol pemberdayaan perempuan pengemudi ojol itu bukan hanya sekadar pelatihan dan membantu memberikan fasilitas alat saja. Akan tetapi, capai akhirnya adalah bagaimana warga yang dibantu itu bisa mendapatkan penghasilan tetap dan layak setiap bulannya.
“Itulah output dan outcome dari pemkot dan kepala dinas, bukan setelah memberikan bantuan dan fasilitas selesai, bukan,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Surabaya, Anna Fajriatin mengatakan, pada kesempatan ini ada 246 pengemudi ojol perempuan yang terdata. Dari 246 itu, ada 59 yang sudah dilatih dan akan dilatih serta diberi fasilitas alat jahit, sablon dan pastry.
“Kami kolaborasi dengan Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Surabaya, sudah melatih 14 orang menjahit, kemudian 22 orang untuk menyablon dan melatih 21 orang untuk pastry,” kata Anna.
Di kesempatan ini, Anna menyampaikan, juga memberikan bantuan alat bantu dengar kepada AN, anak dari salah satu pengemudi ojol perempuan, yaitu Yuni Fitria. Selain itu, juga memberikan bantuan kursi roda kepada pengemudi ojol perempuan lainnya, Ibu Diana yang mengalami stroke.
“Juga ada salah satu pengemudi yang kecelakaan kemarin malam Pak Wali dan sudah mendapatkan penanganan. Putri beliau mengalami autis dan saat ini kami rawat di Kalijudan,” sebut Anna.
Setelah mendapatkan bantuan, Yuni Fitria mengucapkan banyak terima kasih kepada Cak Eri Cahyadi telah memberikan bantuan alat dengar untuk anaknya dan pelatihan toko kelontong serta pastry. “Alhamdulillah meringankan beban kami, anak saya juga sudah bisa mendengar,” kata Yuni.
Senada dengan Yuni, pengemudi ojol perempuan lainnya, Ida Fajar juga mengaku terbantu oleh Pemkot Surabaya. Setelah mendapatkan pelatihan menjahit, ia juga mendapatkan alat mesin jahit dari pemkot.
Ida berharap, pelatihan dan bantuan ini tidak sia – sia dan bisa berkelanjutan. Bukan itu saja, kedepannya ia berharap terus dilakukan pendampingan oleh pemkot agar pendapatannya terus meningkat.
“Saya sudah ikut pelatihan, kami harap ke depannya bisa menambah penghasilan sehari – hari dan bisa digunakan untuk bayar sekolah anak saya,” pungkasnya. (Q cox)