LAMONGAN (Suarapubliknews) – Sebagai upaya memaksimalkan pemanfaatan Sistem Resi Gudang (SRG), Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak menyampaikan soal pentingnya kehadiran pihak-pihak pengelola dalam mengoptimalkan manajemen gudang panen melalui sistem tunda jual.
Karena selama ini, masalah terbesar dalam operasional SRG berada pada ketiadaan pengelola. Sehingga tidak ada skema manajemen yang jelas terkait resi gudang bagi petani dan sistem operasionalnya.
Untuk mengoptimalkan keinginannya itu, Ia bersama Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) RI Jerry Sambuaga meninjau tempat SRG di Kab. Lamongan “Salah satu persoalan yang ada yakni pemanfaatan gudang yang tidak ada pengelola. Jika pengelola bisa didapatkan, maka skemanya bisa jelas terbangun dan lebih cepat melayani para petani,” katanya.
Lebih lanjut dijelaskan, peran pihak pengelola menjadi penting karena merekalah yang akan menerbitkan dokumen kepemilikan komoditas yang akan dititipkan. Peran mereka bukan sebatas penjagaan gudang dan penerbitan dokumen saja, tapi juga terkait dengan distribusi dan pemasaran produk hasil taninya.
“Dalam SRG ini, pengelola ini bukan hanya berperan untuk menjaga gudang. Namun, mereka juga diharapkan bisa memberikan akses untuk pembiayaan dan pemasaran hasil panen,” ujar Emil.
Dalam hal ini, Kemendag telah membangun 23 gudang ditambah dengan 2 gudang dari Pemprov Jatim. Upaya ini diharapkan dapat menaikkan nilai jual produk-produk agro dan meningkatkan kesejahteraan petani.
“Dari reaktivasi SRG, kita bisa mulai menaikkan nilai jual dari komoditas potensial di masing-masing daerah, yang mana ini kelak akan berpengaruh bagi kesejahteraan petani di Jatim,” ungkapnya.
Bersama Kemendag RI, dirinya juga akan berkomunikasi dengan BUMD Provinsi Jatim, kemitraan kelompok tani, dan pihak pengelola gudang yang diharapkan turut andil dalam reaktivasi gudang-gudang panen dan pengelolaannya.
“Semalam kami minta pada BUMD Provinsi Jatim, Pokja Tani, dan pengelola-pengelola gudang untuk menyoroti peran yang bisa mereka mainkan dalam reaktivasi gudang untuk produk-produk agro,” jelasnya.
Terkait pihak pengelola, ada kemungkinan pemberlakuan biaya operasional untuk sewa gudang. Tentunya dengan tetap berpihak dan menguntungkan para petani.”Begitu pihak pengelola terlibat, pasti nantinya akan ada biaya operasional. Tapi skemanya akan dibuat menguntungkan dan memberikan keberpihakan pada petani. Ini bukti bahwa provinsi dan negara hadir untuk petani,” tegas Emil.
Sehubungan dengan itu, Kemendag RI dan Pemprov Jatim telah melakukan MoU dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk memudahkan fasilitas pinjaman dan pembiayaan bagi petani.
“Kemendag sudah menggandeng BRI untuk memberikan kemudahan fasilitas pinjaman, pembiayaan, dan skema lainnya agar petani bisa mendapatkan kemudahan. Karena SRG ini juga bisa dimanfaatkan sebagai sarana pendapatan modal demi kesejahteraan para petani sendiri,” tambahnya.
Jika semua skema sudah berjalan semestinya, diharapkan gudang panen ini dapat segera difungsikan untuk penyimpanan hasil agro. Diantaranya gabah dan jagung yang berpotensi untuk dijual lagi saat mengalami kenaikan harga.
“Semua harus segera difungsikan, terutama untuk tunda jual. Saya pikir ini bisa dimaksimalkan untuk menambah nilai jual, disimpan saat harganya rendah dan dijual saat harganya tinggi. Komoditas yang dapat disoroti di antaranya gabah dan jagung,” terang Emil.
Di akhir peninjauan, Emil mengharapkan agar dari akses-akses terhadap pihak pengelola yang dianggap mumpuni oleh Kemendag RI semakin terbuka.”Mudah-mudahan atensi dan konsentrasi Pak Wamen terhadap Jatim dapat memberi kita semangat. Termasuk akses ke jejaring pengelola di daerah lain yang dianggap bagus oleh Kemendag,” tutupnya.
Sementara Wamendag RI Jerry Sambuaga mendukung gagasan yang disampaikan Wagub Emil. Pihaknya berharap, Pemprov Jatim dapat turun tangan dalam pemanfaatan gudang-gudang panen dan SRG. “Pak Wagub harap ikut mensinergikan, me-manage, dan memberikan sosialisasi kepada publik. Karena barangkali masih ada petani-petani yang belum paham fungsi gudang ini seperti apa,” katanya. (q cox, tana dinie)