SURABAYA (Suarapubliknews) ~ Di Indonesia, khususnya di Surabaya konsep pola hidup sehat berbasis nabati (Vegan) telah menjadi tren tersendiri dikalangan masyarakat, menjadi salah satu pola makan untuk diet dan telah diterapkan di beberapa sekolah. Hal ini disampaikan Pembina Indonesia Vegetarian Society Jatim Handoko Halim dalam gelaran Vegan Festival 2024.
“Secara perlahan banyak masyarakat yang telah beralih menjadi seorang Vegan dengan tidak mengkonsumsi makanan / minuman serta menggunakan produk yang berasal dari hewani. Dengan menjadi seorang Vegan, kita telah ikut serta dalam menyelamatkan dunia dari kelaparan, mengurangi dampak kerusakan lingkungan, efek global warming dan menjaga kesehatan kita,” katanya.
Menurut The United Nations, perdagangan daging merupakan salah satu dari dua atau tiga faktor utama dalam pengontribusian masalah lingkungan yang serius dalam segala jangkauan baik secara lokal maupun global.
Hal tersebut karena limbah dari industri peternakan bisa mencemari lapisan tanah dan air dengan kelebihan unsur hara, zat kimia perindustrian, obat-obatan hewan, antibiotik, logam, dan berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus dan parasit.
Sektor peternakan juga merupakan faktor utama penyebab penggundulan hutan tropis untuk lahan merumput ternak, penyebab erosi daratan dunia, dan penyebab meluasnya pembentukan gurun pasir.
Keadaan ini diperburuk lagi dengan kenyataan 70% air dunia digunakan untuk konsumsi ternak dan aktivitas pencucian di rumah jagal. Selain itu pola makan hewani atau konsumsi daging dapat membawa dampak yang buruk bagi kesehatan kita.
“Dengan melihat fenomena tersebut diatas, kami sadar bahwa perlu diadakan sosialisasi kepada masyarakat luas tentang pentingnya pola hidup sehat berbasis nabati (Vegan) dan gerakan ramah lingkungan untuk mengurangi efek global warming dan climate change. Oleh karena itu, kami membentuk sebuah event yang bernama Vegan Festival,” terangnya.
Ketua Panitia Vegan Festival 2024, Lewis Kosasih menjelaskan Vegan Festival merupakan sebuah event berskala nasional yang bertujuan untuk mensosialisasikan pola hidup sehat berbasis nabati (Vegan) dan gerakan ramah lingkungan untuk mengurangi efek global warming dan climate change.
Mengangkat tema “Around The World”. “Dimana alasan terbesar kami mengangkat tema ini adalah di kondisi sekarang Pola Hidup Vegan telah dikenal di seluruh dunia. Banyak Masyarakat dan para pelaku Vegan yang telah merasakan manfaat dari menjalani pola hidup Vegan. Harapannya dengan adanya event Vegan Festival ini kami bisa mengenalkan lagi tentang Pola Hidup Vegan dengan lebih luas lagi,” jelasnya.
Di tahun 2022 lalu, Vegan Festival berhasil mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Dunia – Indonesia (MURI) sebagai “The Biggest Vegan Festival in the World” dan juga mendapatkan penghargaan dari Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (LEPRID) sebagai “Penyelenggara dan Pemrakarsa Rekor Vegan Festival Terbesar di Dunia”.
Hal ini mendapat dukungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Republik Indonesia. Wamenparekraf Angela Tanoesoedibjo mendorong Surabaya menyusul Bali menjadi salah destinasi wisata yang ramah pelaku vegan atau vegan lifestyle. Menurutnya semakin hari pertumbuhan pecinta vegan lifestyle kian berkembang. Membuat potensi ini harus digarap.
“Ada pertumbuhan signifikan dari masyarakat mulai mengadopsi vegan lifestyle. Bali sendiri diakui salah satu destinasi wisata ramah pada pelaku vegan lifestyle. Di samping itu Vegan Festival (di Surabaya) sudah memecahkan rekornya sendiri (dengan) animo luar biasa (pengunjung dan UMKM). Ini yang harus digarap, terbukti secara riset bagus terhadap kesehatan dan lingkungan,” ungkapnya.
Ia berharap, vegan lifestyle bisa jadi salah satu pintu masuk Kemenparekraf meningkatkan perputaran ekonomi dan kunjungan wisatawan di Indonesia. “Saya harap, bisa menginspirasi masyarakat Indonesia (agar) mulai melirik vegan lifestyle, dan melihat peluang ekonomi dan melakukan inovasi,” jelasnya.
Salah satu tenant yang menarik adalah Francoville Boulangerie yang menyajikan aneka pastry denagn erbahan 100% Vegan. Owner Francoville Boulangerie Ignatius Stifan menjelaskan salah satu bahan yang ganti dalam pembuatan pastry nya adalah susu. “Jika biasanya kami menggunakan susu sapi, untuk even ini kami menggunakan susu kedelai. Begitu juga dengan mentega khuus vegan,” terangnya. (q cox, tama dini)