Jatim Raya

Wagub Emil: Tingkat Literasi Masyarakat Jatim Meningkat

50
×

Wagub Emil: Tingkat Literasi Masyarakat Jatim Meningkat

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Melek literasi ini bukan sekedar membuat masyarakat melek aksara yang mampu baca tulis, tapi lebih jauh lagi masyarakat mampu memahami informasi yang dibaca tersebut.

Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak saat Peringatan Hari Aksara Internasional ke-55 Provinsi Jatim mengatakan tingkat literasi masyarakat Jawa Timur harus terus meningkat ke depannya. Literasi ini adalah tujuan akhir melek aksara.

“Untuk mencapai melek literasi ini kita bisa menggunakan berbagai upaya untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Bagaimana kemudian dari informasi yang dibaca ini bisa menjadi sesuatu yang dipahami dan berguna bagi masyarakat,” katanya

Dari jumlah penduduk Jatim yang hampir 40 juta orang, angka melek huruf di sebagian besar kelas usia telah mencapai 99 persen lebih. Namun pada kelas usia di atas 50 tahun masih menunjukkan prosentase 79,56%. Meskipun kecil, namun angka buta huruf di kelas usia ini perlu menjadi perhatian.

Apalagi, dengan berkembangnya gadget, melek literasi ini bukan sekedar bisa membaca melalui gadget, namun mampu memahami sesuatu yang dibaca sehingga kemampuan nalarnya meningkat.

“Hari ini terlalu mudah memperoleh informasi, akhirnya kedalaman untuk menggali literasi menjadi berkurang, termasuk ketekunan membaca. Inilah yang kemudian menjadi tantangan. Bahwa realitanya belum tentu bisa mengoperasikan gadget tapi memiliki kedalaman dalam berpikir, berkreasi bisa terbatas sehingga seolah-olah hanya menjadi konsumen informasi, bukan produsen karya,” terang Emil.

Ditambah, banyak informasi yang beredar melalui media sosial yang antara judul dan isi tidak sesuai. Terkadang, orang yang memperoleh informasi tersebut hanya sekedar membaca judulnya kemudian menyebarkan ke orang lain tanpa membaca apa isi dari berita tersebut.

“Semangat membaca di tengah masyarakat ini harus kita tingkatkan. Jangan sampai gadget ini justru membuat orang semakin sering mengkonsumsi informasi tanpa mengasah sisi kritisnya. Kalau asal share sebelum dibaca isinya artinya kemampuan literasinya kurang. Ini yang menjadi tantangan kita saat ini,” lanjutnya.

Untuk itu, tantangan inilah yang harus diantisipasi dengan berbagai upaya meningkatkan literasi masyarakat. Sehingga ke depannya juga mampu diintegrasikan untuk memberdayakan masyarakat menjadi lebih sejahtera serta mampu membangun karakter bangsa.

“Mudah-mudahan kita bisa mewujudkan melek literasi yang pada akhirnya mampu membuat Jawa Timur bisa terus maju dan bahkan meningkat sebagai lokomotif kemajuan yang bukan hanya kemajuan ekonomi yang sesaat, tetapi berkelanjutan,” katanya.

Sementara itu Bunda Baca Jatim, Arumi Bachsin Emil Dardak mengatakan bahwa saat ini kemampuan melek informasi dipandang sebagai prasyarat dalam kehidupan yang cenderung diwarnai dengan perubahan cepat. Masyarakat harus melek informasi sehingga dapat dengan mudah dan cepat ikut belajar tentang pengetahuan dan ketrampilan baru yang cocok dengan perubahan yang sedang terjadi.

“Untuk itu perlunya kita dorong minat baca terutama untuk anak-anak. Karena membaca merupakan salah satu kebutuhan dasar untuk menambah pengetahuan dan informasi. Ditambah dalam kondisi pandemi Covid-19 seperti ini, banyak tantangan baru bagi semua pihak, tidak terkecuali bagi anak-anak dan orang tua untuk bisa menghabiskan waktu bersama di rumah dengan cara menyenangkan agar tidak bosan,” katanya.

Menurutnya, salah satu kegiatan sederhana dan menyenangkan yang bisa dilakukan bersama anak adalah mendongeng dan membacakan cerita. Suasana yang dibangun saat orang tua bercerita dan waktu yang dihabiskan bersama saat bercerita, sangat banyak manfaatnya.

“Banyak riset membuktikan bahwa mendongeng atau membacakan cerita membawa pengaruh positif pada perkembangan kognitif, bahasa, dan emosi anak.  Lebih hebat lagi kegiatan mendongeng atau membacakan cerita bisa menjadi pengikat emosional, menjadi sarana bagi anak maupun orangtua saling bertukar cerita dan memahami,” kata Ketua TP PKK Provinsi Jatim ini.

Kondisi pandemi saat ini, lanjutnya, harus dijadikan sebagai momen kembalinya prinsip pendidikan yang sebenarnya. Dimana pendidik utama bagi anak-anak adalah ayah bunda.  Situasi di rumah saja justru bisa menjadi saat melekatkan kembali hubungan emosional orang tua dengan anaknya.

“Saatnya orang tua kembali menjadi pendidik utama bagi ananda. Dari  keluarga yang kuat akan tumbuh anak-anak yang hebat.  Kita satukan semangat untuk menjaga dan mengantarkan mereka ke masa depan.  Yakinlah cerita-cerita yang kita sampaikan akan jadi sesuatu yang  mereka rindukan saat mereka sudah dewasa nanti,” pungkasnya. (q cox, tama dinie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *