SURABAYA (Suarapubliknews) – Tepat di Hari Ulang Tahun (HUT) ke 75 Kemerdekaan Republik Indonesia (RI), Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini meresmikan plaza atas Alun-alun Surabaya yang berada di Kompleks Balai Pemuda, Jalan Gubernur Suryo, Senin (17/08/2020). Kompleks Alun-alun Surabaya tersebut, difungsikan sebagai wadah kegiatan para penggiat seni dan budaya di Kota Pahlawan.
Dalam peresmian itu, dihadiri Forum Pimpinan Daerah (Forpimda) Kota Surabaya, pejabat Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, serta Tim Ahli Cagar Budaya. Menariknya, maestro seniman asal Kota Pahlawan juga hadir dalam momen itu. Mereka adalah Cak Kartolo, Ning Kastini, Cak Lupus Arboyo dan Cak Suro.
Dalam sambutannya, Wali Kota Risma mengatakan, sebetulnya bangunan Alun-alun Surabaya baik plaza atas maupun bawah, ditargetkan selesai pada bulan November 2020. Namun, karena ia ingin agar ini segera bermanfaat, maka bertepatan di Hari Kemerdekaan ini bangunan plaza atas diresmikan.
“Kalau sekarang anak-anak bisa dia pentas di situ, ludruk juga bisa pentas di situ, itu kan sangat bagus. Misalkan ada tamu dia ingin lihat ludruk, ingin lihat wayang orang atau srimulat itu bisa terjadwalkan dengan adanya plaza itu. Terus anak-anak juga bisa berkumpul di situ,” kata dia.
Sejak awal menjabat sebagai Wali Kota Surabaya, dia mengaku bercita-cita ingin membuat wadah atau ruang khusus bagi para penggiat seni dan budaya di Kota Pahlawan. Karenanya, wali kota perempuan pertama di Surabaya itu kemudian berinisiatif sendiri merancang konsep bangunan alun-alun tersebut. “Akhirnya saya coba gambar sendiri dan Alhamdulillah bisa ketemu (konsepnya),” ungkap dia.
Konsep bangunan Alun-alun Surabaya ini tak hanya berfungsi untuk wadah pertunjukkan kesenian. Namun, anak-anak Surabaya yang ingin mengembangkan bakat dan minat di bidang kesenian dapat memanfaatkan bangunan tersebut. Apalagi, kompleks Balai Pemuda ini juga dilengkapi dengan Gedung Balai Budaya, Perpustakaan, Rumah Bahasa dan Matematika.
“Anak-anak nanti bisa belajar menari di sini, bermain musik di sini dengan aman. Saya berharap ruangan ini bisa digunakan maksimal. Jadi itu mimpi saya,” katanya.
Di samping itu pula, Wali Kota Risma juga mengungkapkan alasan memilih konsep bangunan alun-alun untuk ruang kesenian tersebut. Menurut dia, selama menjabat jadi wali kota, lebih dari 500 lapangan olahraga telah dibangun Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Namun, untuk ruang atau bangunan khusus kesenian dinilai masih kurang.
“Makanya, saya berinisiatif membangun Alun-alun Surabaya untuk mewadahi ruang kesenian bagi anak-anak agar bisa mengembangkan minat dan bakatnya,” tuturnya.
Wali kota yang menjabat Presiden UCLG Aspac ini yakin, jika anak-anak Surabaya dibina dengan baik, serta didukung dengan ruang atau wadah untuk mereka berekspresi, maka tidak memungkinkan jika nantinya muncul seniman besar yang lahir dari Kota Surabaya.
“Saya percaya kalau anak-anak ini kita bina dengan baik, saya percaya suatu saat gedung ini, ruang ini, akan ada salah satu seniman besar yang lahir dari Kota Surabaya. Itu mimpi saya,” jelas dia.
Karena itu, Pemkot Surabaya akan menggandeng para seniman untuk menampilkan pertunjukkan di kompleks Alun-alun Surabaya itu. Masyarakat yang berkunjung ke Surabaya, dapat menikmati berbagai kesenian rakyat itu secara gratis, seperti ludruk, wayang orang, srimulat hingga tari reog. “Nanti pemkot yang bayar, senimannya tinggal bermain dan kemudian yang nonton sudah gratis di sini,” tuturnya.
Menariknya, di sela peresmian itu, Wali Kota Risma kemudian mengajak maestro seniman asal Surabaya berada di atas panggung. Mereka adalah Cak Kartolo, Ning Kastini, Cak Lupus Arboyo dan Cak Suro. Tak pelak, para maestro seniman inipun berhasil membuat Wali Kota Risma bersama para tamu undangan tertawa dengan aksi parikan-parikan lucu khas ala Surabaya.
Sementara itu, Cak Kartolo mengaku sangat mendukung dan mengapresiasi adanya ruang kesenian baru di Kota Surabaya itu. Apalagi, dia menilai, bahwa masyarakat juga butuh hiburan kesenian rakyat seperti ludruk, maupun srimulat seperti zaman dahulu kala.
“Saya setuju karena sekarang masyarakat ingin hiburan, harus diteruskan seperti di THR (Taman Hiburan Rakyat) zaman dahulu, kalau ada ketoprak, ludruk, wayang, ya senang,” kata Cak Kartolo saat ditemui di akhir acara.
Meski konsep bangunan Alun-alun Surabaya ini terbuka, Cak Kartolo meyakini bahwa hal tersebut tidak menjadi masalah. Sebab, di manapun tempatnya, setiap pelaku seni harus dapat menjiwai pada setiap penampilannya. “Di sini (Alun-alun Surabaya) terbuka tidak apa-apa, yang penting pemainnya bisa menjiwai, mewakili cerita itu,” pungkasnya. (q cox)