SURABAYA (Suarapubliknews) – Tak hanya Jalan Tunjungan, Jalan Walikota Mustajab adalah nama jalan yang ikonik di Surabaya. Sayangnya, kepopuleran jalan tersebut berbeda jauh dengan kondisi makam Walikota ke-13 Surabaya yang memprihatinķan.
Moestadjab Soemowidigdo adalah pahlawan pembangunan Surabaya. Memimpin pada periode 1952-1956, Moestadjab telah mendapatkan atensi khusus di kota ini, sehingga namanya diabadikan menjadi seruas jalan protokol.
Ketua Paguyuban Seni Budaya Nusantara Ir. Siswandi mengatakan hal ini yang melatarbelakngi Paseban Surabaya berinisiatif mengadakan ziarah kubur, mempercantik makam, melakukan upacara dan tabur bunga di tempat peristirahatan terakhir Wali Kota Mustajab, bersama sang istri NY. R.A. Isminah Moetadjab.
Keberadaan pusara Moestadjab yang berlokasi di wilayah TPU Karang Tembok, Pegirian, kerap dijadikan tempat pembakaran sampah dan mepet dengan kandang kambing. “Jadi kegiatan ini kami lakukan untuk mengisi Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Selain itu, kegiatan ini sebagai bentuk kepedulian kami terhadap para pahlawan pejuang di negeri ini,” katanya.
Walikota Mustajab merupakan ketua panitia pembangunan Tugu Pahlawan Surabaya pada saat kepemimpinan presiden Ir. Soekarno. Dimana pada saat itu, Ia mengajak seluruh warga untuk gotong royong membangun Tugu Pahlawan. Sayangnya, perjuangannya tidak diimbangi dengan pengetahuan para generasi penerus bangsa tentang sejarah para pahlawan.
“Jadi Pak Mustajab ini membangun Tugu Pahlawan dengan urunan warga. Bagaimana warga untuk diajak gotong royong itu gampang. Tinggal lihat pemimpinnya bisa dibuat contoh atau tidak. Arek-arek Suroboyo ini jiwanya luar biasa. Tapi sayang sejarah-sejarah seperti ini banyak yang tidak tau, hingga makam para pahlawan ini terbengkalai,” papar Siswandi.
Melalui acara ini, diharapkan masyarakat khususnya generasi muda calon para pemimpin bangsa memiliki kepekaan dan kepedulian pada seni dan budaya bangsa sebagai salah satu sendi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. (q cox, tama dinie)