Jatim Raya

Wisata Ritual Gunung Kawi Tak Seramai Dulu, Kenapa? Ini Jawabannya

251
×

Wisata Ritual Gunung Kawi Tak Seramai Dulu, Kenapa? Ini Jawabannya

Sebarkan artikel ini

MALANG (Suarapubliknews.net) – Secara statistik, jumlah pengunjung tempat wisata yang berlokasi di Desa Wonosari Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang yang dikenal dengan sebutan wisata ritual Gunung Kawi ini kian merosot tajam.

Betapa tidak, wisatawan di era kini lebih membutuhkan lokasi rekreasi ketimbang ritual Gunung Kawi yang faktanya hanya dipercaya oleh sedikit wisatawan, itupun rata-rata sudah berusia lanjut (manula).

Padahal, makam Eyang Djugo dan Imam Sudjono ini telah dikenal sebagai tempat ziarah sekaligus dipercaya oleh berbagai etnis dan pemeluk agama sebagai salah satu tempat yang istimewa untuk berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Kini warga Desa Wonosari dan beberapa desa disekitarnya hanya bisa pasrah dan berusaha untuk bertahan dengan kondisi seadanya, karena mayoritas warga mengais rejeki dari kehadiran peziarah dan wisatawan.

“Sekarang ini hari raya Idhul Fitri, tapi hotel dan penginapan sepi, demikian juga dengan kondisi depot dan warung yang kian lengang pembeli, padahal semua itu adalah usaha masyarakat disini, jadi kalau pengunjung sepi, kami juga hanya bisa gigit jari,” ujar Adi Suyoto pemilik warung yang tinggal di kampung Padepokan, Senin (27/6/2017)

Sebagai warga asli Desa Wonosari Gunung Kawi, Adi berharap agar keberadaan wisata ritual Gunung Kawi menjadi perhatian Pemkab Malang, karena jika tidak maka kondisinya akan semakin mati suri.

“Lokasi kami ini sebenarnya hanya butuh pengembangan, karena sejak dulu sudah terkenal, tidak hanya wisatawan lokal, tetapi juga bagi wisatawan manca negara, untuk itu butuh sentuhan pemerintah (Pemkab Malang-red),” tandasnya.

Ambil contoh saja Kota Batu, lanjut Adi, saat ini wilayah yang dipenuhi lokasi wisata rekreasi itu menjadi jujugan karena mampu melakukan berbagai inovasi wahana wisata dengan cara menggandeng investor.

“Lantas mengapa Pemkab Malang tidak berupaya menirunya, tarik investor agar melakukan investasi untuk pembangunan destinasi wisata rekreasi yang baru di wilayah kami (Gunung Kawi-red),” keluhnya.

Menurutnya, Pemkab Malang masih terkesan apriori dengan keberadaan wisata ritual Gunung Kawi, karena terbukti dengan perbaikan dan pelebaran akses jalan menuju Gunung Kawi yang dianggapnya masih belum tuntas dengan berbagai alasan.

“Bagaimana akan berbicara soal investasi, kalau sarana dan prasarananya tidak dibangun terlebih dahulu, maka jangan salahkan masyarakat disini jika beberapa bulan yang lalu muncul wacana akan gabung dengan Kota Batu, saran saya jangan menunggu reaksi masyarakat lantas baru bertindak,” tambahnya.

Hasil pengamatan media ini dilokasi, meski pengunjungnya tak se-ramai tahun-tahun sebelumnya, Yayasan Ngesti Gondo sebagai pengelola wisata ritual Gunung Kawi tetap berusaha mempertahankan budaya tradisional Jawa yakni Pagelaran Wayang Kulit.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *