Peristiwa

Viral di Medsos, Mbah Ateng Ternyata Seorang Pensiunan ASN

25
×

Viral di Medsos, Mbah Ateng Ternyata Seorang Pensiunan ASN

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Viral di media sosial adanya lansia yang masih aktif berjualan di Jalan Adityawarman atau Jalan Ciliwung Surabaya mendapat perhatian sejumlah pihak. Pasalnya, di usia yang tergolong senja tersebut, Murtosiyah (91) atau biasa dipanggil Mbah Ateng, seharusnya saat ini sudah waktunya beristirahat di rumah.

Namun, nyatanya, hingga saat ini Mbah Ateng masih aktif bekerja dengan cara menjajakan jualannya di Jalan Protokol Surabaya.

Dari hasil data outrech yang dilakukan tim Dinas Sosial (Dinsos) Surabaya, Jum’at (13/12/2019) menyebutkan, diketahui Mbah Ateng indekos dengan ukuran 3×4 meter di Jalan Joyoboyo Belakang No 30, Kecamatan Wonokromo Surabaya. Namun, sebenarnya ia memiliki rumah di Jalan Ambengan Batu, Kecamatan Tambaksari Surabaya. Saat ini, rumah tersebut ditempati oleh anak bungsunya.

“Beliau (Mbah Ateng, red) sebenarnya dahulu seorang pensiunan ASN (Aparatur Sipil Negara) Kotamadya Surabaya. Tapi, saat ini, ia memilih bekerja dengan cara berjualan snack secara keliling,” kata Arief Prasetyo, TKSK Kecamatan Wonokromo Surabaya yang ikut melakukan outrech, Jum’at (13/12/19).

Arief mengungkapkan, dari hasil outrech yang ia lakukan bersama tim, Mbah Ateng diketahui memiliki empat orang anak. Akan tetapi, saat ini, ia lebih memilih tinggal indekos bersanding bersama anak nomor pertamanya di Joyoboyo Surabaya.

“Sejak tahun 2018 hingga sekarang, beliau (Mbah Ateng, red) sudah mendapat intervensi bantuan permakanan dan KIS (Kartu Indonesia Sehat) dari Dinas Sosial,” katanya.

Menurutnya, sebetulnya Mbah Ateng sudah pernah ditawari oleh anak bungsunya agar tinggal bersama di daerah Jalan Ambengan Surabaya, namun tidak berkenan.

“Beliau, (Mbah Ateng, red) lebih memilih ingin hidup sendiri dengan cara kos dan untuk keseharian ia menyibukkan diri dengan cara berjualan snack di Jalan Ciliwung Surabaya,” ujar Arief.

Sedangkan untuk biaya indekos tiap bulan, Mbah Ateng harus membayar ke pemilik Rp 220 ribu. Biaya itu, ia penuhi dari hasil berjualan dan pengambilan gaji pensiun tiap bulan.

“Kondisi klien sedemikian rupa, namun masyarakat memandang sebelah mata dan berpikiran bahwa klien (Mbah Ateng, red) tidak diurus ataupun terlantar,” ungkap Arief.

Di samping itu, Arief menyebut, di tempat Mbah Ateng indekos, sebenarnya juga ada keponakan yang biasa diminta tolong untuk mengantar ke dokter ketika sakit ataupun mengambil uang pensiunan.

“Kami juga sempat menawarkan ke Mbah Ateng untuk tinggal di Griya Werdha, namun beliaunya tidak berkenan,” imbuh dia.

Kendati demikian, Arief menambahkan, Mbah Ateng lebih memilih tinggal indekos. Akan tetapi, Mbah Ateng ingin mendapat bantuan berupa sembako dari pemerintah untuk kebutuhan sehari-hari.

“Hasil tindak lanjut, klien akan segera dibantu sembako dengan anggaran dari PSR (Personal Social Responsibility) Dinsos Surabaya,” pungkas Arief. (q cox)

Foto: Tim Dinsos Surabaya bersama staff Kelurahan Darmo saat melakukan outrech di rumah domisili Mbah Ateng

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *