BisnisJatim Raya

50 Ecoprinter dari Enam Kota Kunjungi Butik Namira

27
×

50 Ecoprinter dari Enam Kota Kunjungi Butik Namira

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Sebanyak 50 ecoprinter dari enam kota mengunjungi Butik Namira Ecoprint di Kedung Asem Indah Blok G Nomor 7, Surabaya, Minggu (3/6/2022) siang. Mereka berasal dari Jakarta, Bandung, Tangerang, Semarang, Jogjakarta, dan Surabaya.

Dalam kunjungan tersebut, para ecoprinter melihat dan mempelajari pembuatan ecoprint dengan kualitas premium. Proses pembelajarannya dipandu oleh Yayuk Eko Agustin, owner Namira Ecoprint.

“Sebenarnya ecoprint ilmunya sama. Hanya saja, jika bicara alam memang tidak ada yang instan,” tutur Yayuk.
Yayuk mengaku melakukan banyak eksperimen untuk menghasilkan produk ecoprint yang bagus. Mulai dari pemilihan bahan, pewarnaan, dan seterusnya.

“Saya belajar dan senang dengan ecoprint. Awalnya karena hobi dan bereksperimen. Kami coba membuat warna. Ecoprint ini sangat menarik karena daun bisa menghasilkan uang,” jelas Yayuk.

Dia lalu menjelaskan soal ecoprint yang tidak ada yang instan. Contohnya daun jati, ini bisa jadi ungu dan warnanya cantik. Semua ini berkaitan dengan hati.

“Kalau waktu membuatnya hati tidak pas tidak keluar warnanya. Anda boleh percaya, untuk menata daun saja butuh waktu 4 jam,” cetus Yayuk.

“Kita tidak tahu hasilnya seperti apa. Kalau tidak bagus, ya itulah memang ecoprint. Kalau hasilnya bagus, itu sesuatu yang perlu kita syukuri,” imbuh perempuan yang pernah menjabat Asisten I Pemkot Surabaya ini.

Dalam acara itu, Yayuk menunjukkan hasil dari pembuatan ecoprint dari kain katun dan sutra. Dua kain tersebut baru selesai dalam proses steam atau mengukus. Para ecoprinter terpesona karena semua warna jelas dan terang.

“Bahan-bahan alam ini tidak kita buang, tapi dipakai untuk kompos,” kata Yayuk. Siti Sri Nawangwoelanwardhani, koordinator ecoprinter, mengaku senang bisa belajar ecoprint di Namira.

“Kami sengaja ngangsu kawruh (mencari ilmu) ke sini untuk bekal bisa membuat ecoprint yang bagus,” katanya.

Dia mengatakan, selama ini, produk-produk yang dibuat kelompoknya masih terbatas. Belum ada yang menghasilkan produk premium. Setelah melihat di Namira, dia baru sadar ada cara jitu yang bisa diterapkan.

“Seperti dalam proses strem, selama ini kami memakai gedebok (batang pisang). Ternyata di Namira memakai besi yang menjadi penghantar panas yang baik,” pungkas dia. (q cox)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *