SURABAYA (Suarapubliknews) – Wali Kota Risma Surabaya Tri Rismaharini menggadakan jamuan farewell welcome dinner, sebagai bentuk salam perpisahan kepada para peserta delegasi konferensi Network of Affiliated Ports (INAP) ke-20. Konferensi organisasi internasional ini, diselenggarakan oleh PT Pelindo III Cabang Tanjung Perak dengan dukungan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.
Konferensi yang mempertemukan jaringan afiliasi pelabuhan di Asia dan Afrika itu, diselenggarakan selama dua hari, pada 23 dan 24 Januari 2019. Kota Surabaya kembali didapuk menjadi tuan rumah penyelenggara konferensi tahunan tersebut. Setelah sebelumnya, menjadi tuan rumah pada tahun 1999, 2006 dan 2012.
Pada kesempatan itu, Wali Kota Risma mengatakan pelabuhan menjadi salah satu indikator yang penting dalam perkembangan kota. Walaupun, Pemkot Surabaya tidak ikut mengelolah, namun secara tidak langsung pelabuhan dinilai sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemajuan kota.
“Karena itu, kita berusaha memberikan aksebilitas pada pelabuhan dan mengelolah kota seefektif dan seefisien mungkin,” kata dia saat menyampaikan sambutan di acara farewell welcome dinner, bertempat di rumah kediaman Jalan Sedap Malam, Kamis, (24/01/19) malam.
Wali kota perempuan pertama di Surabaya ini menyampaikan, Kota Pahlawan selain dikenal dengan heritage, juga dikenal dengan pelabuhannya. Disamping itu, Surabaya dinilai sebagai pusat pengembangan wilayah Indonesia Timur. “Gangguan-gangguan yang ada di Surabaya sangat berpengaruh terhadap perkembangan di Indonesia Timur, terutama terkait supply makanan,” ujarnya.
Karena itu, ia menegaskan, bahwa pembangunan sebuah infrastuktur jalan dan pelabuhan dinilai sangat penting, dan saling berkaitan. Artinya, jika proses pengangkutan dari luar menuju pelabuhan tidak efektif, ataupun sebaliknya, maka dampaknya juga akan berpengaruh terhadap harga nilai barang atau produk. “Karena itu saya mencoba infrastruktur pendukung di Surabaya untuk pelabuhan tidak menggunakan tol, supaya efisien,” jelasnya.
Di sisi lain, lanjut dia, pembangunan infrastuktur dinilai dapat mengurangi cost operasional perusahaan, sehingga dampaknya juga akan berpengaruh terhadap harga barang ataupun produk. “Karena itu, di Surabaya kami mencoba itu, karena akan berpengaruh terhadap nilai barang,” pungkasnya.
Sebagai informasi, saat ini INAP sudah beranggotakan 10 pelabuhan yang terdiri dari sembilan negara, yaitu Cebu Port, Subic Bay dan Davao Port (Filipina), Chittagong Port (Bangladesh), Colombo Port (Sri Lanka), Dangjin Port (Korea), Transnet Port Terminal (Durban, Afrika Selatan), Kochi Prefectual Government (Jepang), Mokpo Newport Terminal (Korea), Qingdao Port (China), dan Pelabuhan Tanjung Perak (Indonesia). (q cox)