Nasional

Sampoerna : Tingkatkan Kapasitas Masyarakat Melalui Build Back Better

186
×

Sampoerna : Tingkatkan Kapasitas Masyarakat Melalui Build Back Better

Sebarkan artikel ini

NUSA TENGGARA BARAT (Suarapubliknews) – Pasca gempa yang melanda Lombok 29 Juli 2018 lalu, PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) bekerja sama dengan Perkumpulan Skala, menggelar Program “Membangun Kembali dengan Lebih Baik” (Build Back Better).

Kepala Hubungan Daerah & CSR Sampoerna, Ervin Laurence Pakpahan, mengatakan melalui program tanggung jawab sosial perusahaan, Sampoerna Untuk Indonesia, HM Sampoerna menyadari pentingnya upaya peningkatan kapasitas terhadap masyarakat di Lombok.

“Program yang telah berjalan selama lebih dari 3 bulan diisi dengan rangkaian seminar dan kunjungan lapangan untuk melihat pengembangan yang dilakukan serta kesempatan bagi masyarakat korban untuk berdialog dengan para ahli geologi untuk mengetahui persis bagaimana menghadapi gempa yang sering terjadi di wilayah Lombok,” katanya.

Program ini bertujuan untuk menjawab beberapa kebutuhan yang dihadapi oleh desa-desa terkena dampak gempa. Selain bantuan teknis, juga akan diberikan pelatihan agar masyarakat juga belajar bersama, membangun kembali mental serta penghidupannya dengan memanfaatkan berbagai pendekatan.

Salah satu pendekatan tersebut adalah membatik dengan Teknik Sibori, yang ternyata banyak memberikan inspirasi baru bagi kaum perempuan di desa-desa yang didampingi oleh Perkumpulan Skala dan Sampoerna Untuk Indonesia.

Pengurangan Risiko Bencana harus menjadi prioritas bagi pemerintah juga pelaku usaha, mengingat seberapa besar dana yang tersedia untuk menanganani bencana tidak akan cukup, sehingga upaya mitigasi menjadi keharusan yang sangat strategis bagi pemerintah maupun pelaku usaha.

Pengalaman dalam merespon bencana di Lombok, Sulawesi Tengah, dan Selat Sunda membutuhkan investasi yang tidak sedikit dari pemerintah dan berbagai lembaga, termasuk perusahaan swasta. Berdasarkan data UNISDR pada tahun 2013, investasi senilai 1 USD dalam PRB akan menyelamatkan 7 USD. Oleh karena itu, pengurangan Risiko Bencana (PRB) atau mitigasi bencana, memang harus dilakukan.

“Saat kita melakukan mitigasi bencana, sebenarnya kita telah menyelamatkan investasi kita sendiri Apa yang kami kembangkan di Lombok juga merupakan upaya mitigasi. Selain beberapa fasilitas umum yang kami bangun, kami juga memberikan pelatihan kesiapsiagaan bagi masyarakat terdampak di empat lokasi di Nusa Tenggara Barat. Kami menilai upaya ini sangat penting untuk menjamin peningkatan keselamatan dan pengembangan kapasitas warga terkait tanggap bencana,” papar Ervin.

Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), B. Wisnu Wijaya, memaparkan berdasarkan riset yang dilakukan oleh Pemerintah Jepang, 80% orang selamat adalah karena pengetahuannya sendiri tentang penyelamatan diri saat terjadi bencana, yang diperoleh melalui berbagai media, sementara sisanya atau 20% menunggu tim penyelamat.

Terlihat jelas bahwa upaya mitigasi, dengan memperkuat masyarakat, dengan informasi dan latihan secara rutin merupakan strategi utama bagi BNPB, Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) yang tiap bulan April dilaksanakan, harus terus didorong, tahun kemarin BNPB memperoleh 30 juta orang dalam waktu bersamaan melakukan upaya kesiapsiagaan.

“Tahun ini kami menargetkan 50 juta orang. Target ini tentu bukan main-main, kami sudah menggandeng jejaring ibu-ibu Dharma Wanita, yang memiliki jaringan sampai ke tingkat desa melalui jejaring ibu-ibu PKK-nya,” jelas Wisnu.

Upaya mitigasi bencana yang kini dilakukan secara masif bahkan hingga tingkat desa memerlukan beragam cara dan strategi. Hal ini juga diupayakan oleh Perkumpulan Skala, melalui berbagai media yang ada, Skala menyebarkan berbagai panduan praktis dalam menghadapi bencana. Panduan-panduan ini sangat diminati oleh masyarakat saat ini. (q cox, Tama Dinie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *