SURABAYA (Suarapubliknews.net) – Achmad Ainnur Hakim dan Achmad Rafi hadir diantara kerumunan ribuan pelajar berprestasi di Taman Surya, (4/12). Sekilas penampilan kedua pelajar SMP Negeri 1 Surabaya itu tampak polos bahkan terkesan pendiam.
Namun, siapa sangka dari tangan Achmad dan Rafi itu lahir robot penghias kue donut bernama chef. Robot tersebut mampu menyabet medali emas dalam ajang International Islamic School Robotic Olimpiade yang digelar di Lombok, Agustus lalu.
Selain Achmad dan Rafi, satu anggota tim lain yakni Satria Sabda Alam. Mereka bertiga merangkai chef selama lebih-kurang satu bulan. Achmad menuturkan, proses pembuatan chef bisa dibilang tidak gampang. Banyak tantangan yang harus dihadapi, mulai dari problem kelangkaan suku cadang hingga program yang tidak berjalan maksimal.
Achmad menjelaskan, robot chef didesain mampu menghias kue donut dengan aneka gula, meses dan pilihan toping lainnya. “Kalau program tidak benar, donut bisa belepotan,” tutur pelajar kelas 8 ini.
Namun, demi meraih tekad menyabet juara, mereka harus mengesampingkan semua hambatan dan rintangan. Salah satu harga yang harus dibayar yakni dengan menghabiskan waktu lebih banyak di sekolah.
Rafi mengatakan, normalnya mereka pulang ke rumah sekitar pukul 3 sore. Khusus dalam rangka persiapan mengikuti International Islamic School Robotic Olimpiade ini, jam pulang mereka molor hingga pukul 18.00 setiap harinya.
Tak hanya itu, selain dituntut menguasai teknik pembuatan robot, semua tim yang berlomba juga wajib presentasi di hadapan dewan juri. Kebetulan, Rafi dan timnya harus mempresentasikan chef dihadapan tiga juri asal Filipina.
Ada cerita lucu di balik proses kompetisi yang dialami Rafi. Sebelum berangkat ke Lombok, tim Rafi sudah mempersiapkan semua kebutuhan termasuk meses coklat untuk keperluan demo di hadapan juri.
Sesampai di Lombok, ternyata meses tersebut dimakan habis oleh pelajar SMP Negeri 1 Surabaya lain yang kebetulan juga ikut berkompetisi namun turun di kategori yang berbeda. Alhasil, saat hari H, tim Rafi binggung mencari toko yang menjual meses.
“Untung kita berhasil beli meses di salah satu toko di Lombok. Kalau tidak menemukan meses itu, kami tidak tahu akan seperti apa jadinya,” ujar putra pasangan Budi Eko dan Era Harijati ini.
Dengan persiapan yang matang dan presentasi yang bagus, hasilnya Rafi dan timnya mampu menyabet medali emas. Mereka mampu menjadi yang terbaik mengalahkan ratusan pelajar dari Malaysia, Mesir, Singapura dan Jepang.
Rafi menilai, keberhasilan timnya menorehkan prestasi di bidang robotika tak lepas dari dukungan orang tua, sekolah dan tim pendamping. Pasalnya, ekstra-kulikuler robotika didukung dengan tim pelatih yang berkualitas dan ruang khusus yang dilengkapi dengan sarana-prasarana dalam pembuatan robot.
Selanjutnya, Rafi dan kawan-kawannya membidik Singapura Robocup yang diselenggarakan tahun depan. Harapannya, mereka dapat kembali mengharumkan nama Surabaya di kancah internasional. Selain itu, Rafi dan tim juga tengah menyiapkan inovasi terbaru yakni robot penghapus papan tulis.
“Kami ingin membuat robot penghapus papan tulis karena setahu kami belum banyak yang membuat robot seperti itu. Semoga robot itu nanti bisa berguna bagi sekolah kami,” pungkas pengidola penemu bola lampu Thomas Alfa Edison ini. (q cox)