SURABAYA (Suarapubliknews) – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memastikan sudah merawat Nenek Hamiyeh (75) yang tinggal seorang diri di warung kawasan Jalan Embong Kenongo, Kecamatan Genteng, Surabaya. Saat ini, nenek yang berasal dari Kabupaten Sampang, Madura ini, dirawat di UPTD Griya Werdha, Kecamatan Jambangan Surabaya.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya, M Fikser mengatakan, sebenarnya pemkot sudah melakukan outreach sejak tanggal 8 November 2021 kepada nenek tersebut. Bahkan, outreach dilakukan bersama pihak kelurahan dan kecamatan untuk rencana dipulangkan ke daerah asalnya.
“Dari hasil outreach itu, klien mengaku bernama Hamiyeh (75) berasal dari Kabupaten Sampang, Madura. Beliau tidak memiliki identitas, namun masih ada kerabatnya di Surabaya,” kata Fikser saat dihubungi, Kamis (11/11/2021).
Fikser menjelaskan, pihaknya kemudian berkomunikasi dengan kerabat Nenek Hamiyeh yang ada di Surabaya. Pihak keluarga mengaku, bahwa Nenek Hamiyeh sebenarnya sudah diajak tinggal di rumah Jalan Embong Kaliasin, Kecamatan Genteng, Surabaya. Tetapi nenek itu selalu balik ke warung dan terkadang hanya pulang sebentar.
“Jadi kerabat klien yang ada di Jalan Embong Kaliasin sebenarnya sudah mengajak Nenek Hamiyeh itu tinggal di rumah mereka,” katanya.
Karena, nenek tersebut enggan tinggal di rumah kerabat dan memilih menetap di warung, pemkot pun kemudian mengantar Nenek Hamiyeh ke Griya Werdha. Di sana, pemkot ingin klien ada yang merawat dan memperhatikan. Apalagi, klien juga tergolong sudah lanjut usia (lansia).
“Saat ini Nenek Hamiyeh sudah kami rawat di Griya Werdha. Bahkan, saat berangkat ke sana, ada warga yang mengaku sebagai anak angkatnya juga ikut mendampingi klien ke Griya Werdha,” ujarnya.
Di samping memberikan intervensi berupa tempat tinggal yang lebih layak, Fikser menyebut, pihaknya juga tengah berkoordinasi dengan Dinsos Sampang untuk mencari keberadaan keluarga Nenek Hamiyeh di sana. “Sambil kita juga akan mencari keluarganya yang ada di Sampang, kita koordinasi dengan Dinsos Sampang untuk mencari keluarga beliau di sana,” ungkap dia.
Menurut Fikser, apabila nanti keluarga Nenek Hamiyeh di Sampang ditemukan, Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Surabaya akan membangun komunikasi dengan mereka. Pemkot berharap klien bisa berkumpul dengan keluarganya.
“Kalau nanti keluarganya ditemukan di daerah Sampang, maka nanti teman-teman TKSK akan membangun komunikasi dengan pihak keluarga. Sehingga kami bisa antar agar bisa kembali bertemu keluarga,” tuturnya.
Pria yang juga menjabat Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Surabaya ini juga kembali memastikan, bahwa Nenek Hamiyeh dirawat ke Griya Werdha supaya ada yang memperhatikan. Sebab, klien hanya tinggal seorang diri di warung tempatnya berjualan.
“Sebenarnya beliau (Nenek Hamiyeh) dibawa ke Griya Werdha itu bukan untuk apa-apa. Tapi, agar diperiksa kesehatannya, kemudian kita cek apakah beliau kategori lansia sudah mendapatkan vaksin,” kata Fikser.
Mantan Kepala Bagian Humas Pemkot Surabaya ini mengucapkan terima kasih kepada masyarakat yang sudah memberikan informasi adanya Nenek yang tinggal sebatang kara. Ia pun mengimbau masyarakat apabila menemui hal serupa dapat menyampaikannya melalui aplikasi WargaKu.
“Terima kasih sudah memberikan informasi. Kalau masyarakat menjumpai ada hal serupa, bisa disampaikan ke aplikasi WargaKu,” pesan dia.
Sementara itu, Camat Genteng Kota Surabaya, Linda Novanti menjelaskan, berdasarkan hasil outreach, Nenek Hamiyeh mengaku tidak memiliki tempat tinggal dan tidur seorang diri di warung tempatnya berjualan. “Beliau (Hamiyeh) berjualan serta tidur di warung yang berupa lemari sempit bangunan non permanen, di Jalan Embong Kenongo,” kata Linda.
Dari hasil outreach di lapangan, kata dia, Nenek Hamiyeh juga mengaku tidak memiliki identitas apapun. Selain itu, klien mengaku berasal dari Desa Tarjen Kelurahan Rabesen, Kecamatan Kedundung, Kabupaten Sampang, Madura.
“Untuk domisilinya beliau tinggal di tempat jualan di Jalan Embong Kenongo,” terangnya.
Setiap harinya, Nenek Hamiyeh tinggal di warung tempatnya berjualan dengan menggunakan tenda besar. Klien berjualan aneka minuman sachet, rokok, hingga mie instan dengan penghasilan per hari Rp50 ribu. “Sedangkan untuk mandi dan ke MCK (Mandi, Cuci, Kakus), beliau (Nenek Hamiyeh) numpang di kantor sekitar lokasi berjualan,” pungkas dia. (q cox)