SIDOARJO (Suarapubliknews) – BRI bersama Bank Indonesia dan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo menggelar launching digitalisasi Pasar Pekauman atau yang lebih dikenal dengan nama Pasar Jetis, yang berlokasi di Pasar Jetis, Sidoarjo sebagai pasar SIAP (Sehat, Inovatif,dan Aman Pakai) QRIS.
Regional CEO BRI RO Surabaya, Triswahju Herlina mengatakan Pasar SIAP QRIS merupakan program inisiasi bersama antara Bank Indonesia dengan Kementerian Perdagangan melalui pencanangan pasar dan pusat perbelanjaan yang Sehat, Inovatif, dan Aman Pakai QRIS (SIAP QRIS) untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional.
“Program ini bertujuan untuk memudahkan masyarakat dan pedagang dalam melakukan transaksi secara nirsentuh yang aman, nyaman dan praktis, meningkatkan transaksi ritel QRIS, serta mencegah penyebaran COVID-19,” katanya.
BRI telah melakukan sosialisasi dan edukasi kepada seluruh pedagang pasar, on boarding UMKM kepada 70 pedagang pasar, implementasi QRIS BRI di seluruh pedagang pasar untuk dapat digunakan bertransaksi menggunakan dompet digital/e- wallet seperti BRImo, LinkAja, Dana, Gopay, Shopeepay, NOBU, CIMB Niaga, Sinarmas, BCA dan e-wallet lainnya.
“Hal tersebut untuk memudahkan masyarakat atau pembeli dalam bertransaksi di pasar. Tidak perlu repot menggunakan uang tunai, cukup menggunakan smartphone, untuk semua kebutuhan transaksi,” lanjut Triswahju.
Digitalisasi pasar ini, diharapkan mampu mengembangkan UMKM Pasar dengan lebih komprehensif, melalui transaksi yang tercatat dan terukur dari masing-masing
pedagang sehingga lebih efisien dan efektif dalam melakukan kegiatan perdagangan pasar.
“BRI akan terus hadir dan siap untuk terus mengembangkan pasar tradisional salah satunya melalui implementasi Digitalisasi pasar dengan QRIS, dalam
semangat Memberi Makna Indonesia,” pungkasnya
Kepala Perwakilan BI Provinsi Jawa Timur, Budi Hanoto mengatakan program digitalisasi transaksi melalui QRIS tidak hanya bertujuan mempermudah transaksi, namun juga mempermudah proses pengajuan kredit bagi pedagang yang ingin menambah modal usaha.
“Kelebihan dari penggunaan QRIS, ada catatan data yang akan mempermudah pedagang dalam mengajukan kredit usaha. Karena sistem QRIS akan tercatat payment id dan payment scoring, jadi ada nilai keuntungan bagi pedagang yang memanfaatkan transaksi dengan QRIS,” katanya.
Bupati sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali, S.I.P mengatakan ada data yang menyatakan hampir 203 juta orang di Indonesia tidak bisa melepaskan smartphonenya, oleh karena itu sudah selayaknya peralihan dari ekonomi konvensional menjadi digital wajib didorong bersama.
“Seluruh warga Sidoarjo sudah selayaknya beralih ke dompet digital sebagai bentuk adaptasi perubahan jaman. Pasar Pekauman menjadi prototype yang akan kita clouning ke pasar lain,” katanya.
Peralihan transaksi dari tunai ke non tunai memang memerlukan waktu, terutama terkait edukasi kepada pedagang dan pembeli mengenai cara transaksi digital. Karenanya Pemkab akan meminta bantuan dari BI sebagai regulator maupun perbankan sebagai pelaksana di lapangan untuk terus bersama-sama Pemkab Sidoarjo memberikan edukasi kepada masyarakat.
“Dulu sewaktu pertama kali transaksi pembayaran tol menggunakan uang elektronik banyak yang mengeluh, namun dengan edukasi terus menerus kini semua bisa melakukannya tanpa hambatan. Kita ingin transaksi di pasar tradisional juga bisa seperti ini nantinya,” tutup Gus Muhdlor Ali. (q cox, tama dinie)