PemerintahanPeristiwa

Gerak Cepat Ketua TP PKK Surabaya, Rini Indriyani Bantu Pengobatan Anak Penderita Kanker Tulang

108
×

Gerak Cepat Ketua TP PKK Surabaya, Rini Indriyani Bantu Pengobatan Anak Penderita Kanker Tulang

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Pemerintah Kota (Pemkot) melalui Tim Penggerak (TP) PKK Surabaya, bergerak cepat memberikan bantuan medis kepada FDI, anak penderita kanker tulang asal Bulak Banteng Lor Bhineka, Kecamatan Kenjeran. Anak usia 14 tahun itu kondisinya memprihatinkan, karena kaki sebelah kanannya membengkak sehingga membuatnya tidak beraktivitas seperti anak pada umumnya.

Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Surabaya, Rini Indriyani sempat menjenguk FDI. Saat itu, Rini bersama jajaran Dinas Sosial (Dinsos) Surabaya membawa bantuan berupa sembako, tempat tidur juga kipas angin, agar setelah dilakukan tindakan medis dan diperbolehkan pulang FDI bisa segera sembuh dari penyakitnya.

Diketahui, FDI mengalami penyakit kanker tulang sejak September 2021 lalu. Oleh sebab itu, ia terpaksa tak bisa melanjutkan pendidikannya untuk sementara waktu sampai dinyatakan sembuh total oleh tim medis. Melihat kondisinya yang memprihatinkan, Pemkot Surabaya melalui TP PKK Surabaya hadir memberikan bantuan pengobatan kepada FDI.

Ketua TP PKK Rini Indriyani mengatakan, saat di lokasi ia telah berkoordinasi dengan camat dan lurah setempat untuk menindaklanjuti FDI agar bisa sembuh seperti sedia kala. Selain itu, Rini juga meminta camat agar keluarga FDI didata masuk kategori Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) untuk memudahkan pemkot memberi intervensi.

“Adik ini (FDI) itu mulanya kesleo ketika sekolah, kemudian kakinya membengkak setelah sempat dipijatkan oleh ayahnya. Namun hingga kini belum sembuh dan terus membengkak,” kat Rini.

Rini menjelaskan, orang tua FDI, DI sudah membawa anaknya itu ke RSUD Dr. Soetomo untuk dilakukan pengobatan, namun tidak membuahkan hasil dan malah terus membengkak. FDI juga sudah menjalani kemoterapi setelah itu dirawat jalan di rumah oleh ayahnya. Karena harus merawat FDI, DI pun terpaksa harus dikeluarkan dari tempat kerjanya sebab saat itu ia terlalu sering meninggalkan pekerjaan.

“Jadi selama ini ayah FDI hanya mendapatkan bantuan dari keluarga untuk modal makan sehari – hari. Oleh karena itu, kami minta kepada Pak Camat agar didata MBR supaya nanti mendapatkan permakanan setiap hariya dari pemkot,” jelas Rini.

Sementara itu, Camat Kenjeran Nono Indriyatno mengatakan, setelah mendapat laporan dari warga dan Kader Surabaya Hebat (KSH) Kecamatan Kenjeran, menindaklanjutinya, datang ke kediaman FDI. “Yang jelas, intervensi pertama adalah medis ya, kami bersama puskesmas mengantar adik FDI ke RSUD dr. Soetomo dan dilakukan rawat inap hingga sekarang,” kata Nono, Sabtu (23/7/2022).

Nono melanjutkan, intervensi yang diberikan oleh pemkot bukan hanya itu. Pihaknya juga telah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya untuk membantu FDI agar bisa melanjutkan sekolah. Diketahui sebelumnya, FDI adalah siswa kelas 8 di SMP swasta yang ada di kawasan Kenjeran, Surabaya.

Nono menjelaskan, saat ini ia telah berkoordinasi dengan dinas terkait agar FDI bisa melanjutkan pendidikannya setelah dilakukan tindakan medis. Setelah dilakukan koordinasi, ternyata tidak sia – sia, pihak sekolah turut menyambut baik dan mengawal pendidikan FDI hingga tuntas. “Dari pihak sekolah siap membantu dan tidak mempersulit adik FDI,” jelasnya.

Bukan itu saja, Nono menyampaikan, ia bersama jajarannya juga berkoordinasi dengan Dinsos Surabaya untuk memasukkan data keluarga anak FDI ke dalam kategori Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Nantinya keluarga FDI akan mendapat bantuan permakanan rutin tiga hari sekali dari Dinsos Surabaya.

Selain itu, ayah FDI, DI juga difasilitasi pekerjaan oleh Pemkot Surabaya agar bisa mendapatkan penghasilan tetap selama merawat anaknya. Nono mengungkapkan, sebelumnya DI bekerja disebuah perusahaan swasta, kemudian ia memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya karena harus merawat dan tidak bisa meninggalkan FDI sendirian.

“Jadi pekerjaan ayahnya dulu itu tidak bisa ditinggal, disamping itu di rumah hanya ada FDI sendirian, nggak tega akhirnya resign. Oleh karena itu saya mengusulkan data orang tuanya ke Kabag Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Bapak Arief Boediarto untuk ditempatkan di bagian kebersihan yang tak jauh dari rumahnya,” pungkasnya. (q cox)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *