PemerintahanPeristiwa

Bertemu Walikota Surabaya, Ini Kekhawatiran Casa Grande East Java

149
×

Bertemu Walikota Surabaya, Ini Kekhawatiran Casa Grande East Java

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) ~ Organisasi General Manager hotel se-Surabaya Casa Grande East Java menggelar forum silahturahmi dengan Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi. Forum yang diselenggarakan di Artotel TS Suites Surabaya, ini bertujuan untuk memicu dan mensupport kondisi pariwisata yang ada di Jawa Timur.

Presiden Casa Grande East Java, S Wardoyo mengatakan forum ini menjadi tempat bagi para GM hotel di Jawa Timur untuk berkoordinasi dengan Pemerintah Kota, khususnya Surabaya dalam perkembangan hotel untuk memajukan pariwisata dan sekaligus meningkatkan perekonomian.

“Casa grande ingin satu visi dengan Pemerintah Kota (Pemkot) agar Surabaya menjadi kota yang besar, tidak hanya menjadi kota transit, tetapi juga kota pariwisata dan ekonomi menjadi lebih menggeliat,” katanya.

Dalam kesempatan ini para GM juga menyampaikan kekhawatiran terkait indikasi jumlah hotel di Surabaya melebih kapasitas daya tampung tamu. Indikasi itu tak lepas dari beberapa hotel yang memiliki okupansi di bawah 50 persen.

Yoyok menjelaskan saat ini Ia tidak punya data riil terkait jumlah hotel di Surabaya, namun tidak menampik okupansi hotel di Surabaya ada yang mencapai 90 %, tetapi ada pula yang masih 40 persen. Sementara rate (harga) hotel di Surabaya masih di bawah rata-rata kota besar lain seperti Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta. “Ini (harga murah) yang perlu digali, kenapa,” lanjutnya.

Menyikapi indikasi itu, Wali Kota Eri Cahyadi berusaha menaikkan okupansi hotel di Surabaya. Menurutnya, kalender event yang ada harus bisa mendongkrak tingkat hunian kamar hotel. “Saya katakan indikasinya, ya. Karena masih perlu kajian. Kalau memang over supply, harus diambil kebijakan. Misalnya perizinan (hotel) berhenti dulu,” katanya.

Namun demikian, Eri Cahyadi meminta keterbukaan okupansi hotel. Keterbukaan ini penting agar Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, selaku regulator, bisa mengambil kebijakan. “Jangan sampai hotel di Surabaya semakin banyak tapi gaono sing melbu (tidak ada tamu). Wisatawan yang masuk 10 ribu, tapi hotel e wes 30 ewu, melaku iso menceng (hotelnya ada 30 ribu, jalannya usaha bisa timpang),” ungkapnya.

Terkait meningkatkan okupansi hotel, Pemkot Surabaya berusaha mempromosikan kalender event di luar daerah hingga luar negeri. Tidak hanya itu, pemkot juga berusaha memperkenalkan budaya maupun kesenian yang bisa dijual sebagai objek wisata. “Minggu depan dibicarakan lebih teknis. Misalnya agenda event setahun, apa yang bisa didapat hotel dan UMKM. Promo mesisan nang luar negeri (sekalian di luar negeri),” pungkasnya. (q cok, tama dini)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *