BisnisJatim RayaPeristiwa

Angkat Budaya Leluhur, PWI Jatim Gelar Pameran Lukisan ‘Jansen Jasien’

364
×

Angkat Budaya Leluhur, PWI Jatim Gelar Pameran Lukisan ‘Jansen Jasien’

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Masih dalam rangkaian peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2024, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Timur (Jatim) menggelar pameran lukisan tunggal ‘Jansen Jasien’ bertajuk ‘JELAJAH PERADAPAN LELUHUR’.

Pemeran lukisan dengan aliran ekspresionist ini digelar selama 5 hari, mulai tgl 28 Feb- hingga 5 Maret 2024 di Balai Wartawan Abd Aziz jl. Taman Apasari no 15-17 Surabaya- Gedung PWI Jatim.

Saat membuka acara pemeran, Lutfil Hakim Ketua PWI Jatim mengatakan bahwa pemeran lukisan tunggal ini adalah yang pertama digelar di PWI Jatim dalam rangkaian HPN, karena filosofi pelukis yang dipamerkan ada kaitannya dengan kinerja wartawan.

“Aliran pelukis ini goresan kanvasnya liar dan bebas, hal ini ada kesamaannya dengan kinerja wartawan, yakni boleh berimprovisasi se liar liarnya namun masih dalam garis dan konteks jurnalistik,” ucap wartawan senior yang akrab disapa Cak Item ini. Rabu (28/02/2024)

Cak Item berharap pengunjung seklaigus penikmat lukisan karya Jasen Jasien ini tidak hanya menilai soal keindahan goresan cat nya, namun bisa lebih memaknai sejarah yang terkandung dalam lukisan yang di ekspresikan.

“Maka saya minta kepada seluruh pengunjung yang hadir, terutama para wartawan untuk menggali makna dibalik lukisan yang dihasilkam oleh Pak Jasien. Sehingga bisa menuangkan karya tulisannya dengan baik, bijak dan kebenarannya bisa dipertanggungjawabkan. Artinya menghindari HOAX,” tuturnya.

Disaat yang sama, Jasen Jasien sang pelukis menyampaikan bahwa hasil karya yang dipersembahkan dalam pameran kali ini merupakan persembahan agungnya kepada para leluhur di seluruh nusantara.

“Karya ini saya persembahkan kepada para leluhur,” ucap Jansen Jasien

Dia menuturkan bahwa seluruh karyanya untuk memperkenalkan situs-situs yang ada di Jatim, sehingga banyak mengandung lukisan yang bergambar candi dan arca.

“Generasi sekarang ini banyak yang tidak paham, apa itu Kanjuruhan yang taunya adalah stadion sepaka bola. Apa itu kendedes, yang taunya adalah kolam renang, begitu juga dengan Gajayana,” tandasnya.

Padahal, lanjutnya, mereka tidak mengerti jika itu semua adalah kekayaan budaya leluhur kita semua dan merupakan cikal bakal berdirinya negara Indonesia. (q cox)

  

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *