Bisnis

Artefak Hidup Yang Berkembang Sesuai Peradabanya, Busana Daerah Tidak Lagi Berselera Kedaerahan

38
×

Artefak Hidup Yang Berkembang Sesuai Peradabanya, Busana Daerah Tidak Lagi Berselera Kedaerahan

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Kesederhanaan National Costume dalam ajang Miss Universe 2021 yang dimenangkan Miss Universe Myanmar, menginspirasi desaigner asal Surabaya, Embran Nawawi mengangkat busana daerah dari madura yang cukup ikonik, Sakera dan Marlena.

Bukan tanpa alasan Ia melakukan ini, mengingat keragaman busana daerah dari ujung Sumatera hingga Papua, tetapi keragamannya dapat dilihat dari kebutuhannya. Kebutuhan busana daerah di Indonesia dari busana adat kerajaan, busana adat Perkawinan, Busana adat ikon yang kesemuanya dibatasi dengan usia, gender, dan strata sosial ekonomi.

“Kali ini saya mencoba mengangkat Sakera dan Marlena. Busana daerah yang dikenal melalui acara-acara budaya di televisi sejak dahulu kala, dimana busana pria yaitu sakera dikenal dengan busana Tukang sate, yang sempat dipakai oleh Miss Grand Indonesia diajang international. Dan busana Marlena yang kerap dikenal dengan busana tukang rujak dalam beberapa peran disketsa drama,” katanya.

Marlena yang masih dikenakkan oleh wanita madura dalam beberapa perayaan budaya baik dimadura dikenal terdiri dari Kebaya berwarna merah dengan kain Batik yang juga berwarna sama. Dilengkapi dengan sanggul teleng atau sanggul miring, Binggel atau gelang kaki, Dinnar atau peniti emas berbentuk uang dinar, dan Gibang atau Giwang yang juga terbuat dari emas.

“Gaya busana daerah seperti ini kemudian saya rubah tanpa mengurangi esensi dari gaya Marlena tersebut dengan membuat kain Batik Merah yang saya buat mengembang dan berekor, kenudian kebaya merah nya dibuat lebih modern untuk memberi kesan gaya bebusana masa kini yang dilengkapi dengan aksesoris emas dari kepala hingga kaki,” terang Embran.

Sementara untuk busana Sakera yang berupa baju hitam hitam dengan kaos garis merah putih, mbran tertantang merubah gaya tukang sate atau carok menjadi Pesak atau jaket sederhana berwarna hitam dengan kemeja transparat dari bahan lace yang bertujuan agar masih bisa mengangkat Bhelleng atau kaus merah putih untuk tetap terlihat.

“Untuk bagian celana yang biasa disebut Ghombor tidak saya ganti tetapi saya tambahkan dengan kain batik yang serupa dengan batik Marlena, tetapi sabuk seperti sabuk jampang saya ganti dengan obi berwarna hitam putih. Melengkapi penampilan Sakera inin tetap dilengkai dengan Odheng atau ikat kepala dan Pecut yang seharusnya celurit,” jelasnya.

Dengan merubah gaya berbusana Sakera dan Marlena, Ia berharap busana adat Madura ini dapat dilihat perubahan yang saya rasa cocok untuk kembali dikenalkan kepada anak muda se Indonesia, bahkan bisa juga untuk menjadi alternatih National Costume dalam ajang Internasional. “Karena sebenarnya Busana adalah sebuah Atefak hidup yang berkembang sesuai perdaban manusia di setiap zamannya,” tandas Embran. (q cox, tama dinie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *