NasionalPeristiwa

ASEAN Panji Festival 2023: Perjalanan Lintas Bangsa dan Tantangan Menghadapi Isu Global

224
×

ASEAN Panji Festival 2023: Perjalanan Lintas Bangsa dan Tantangan Menghadapi Isu Global

Sebarkan artikel ini

JAKARTA (Suarapubliknews) ~ Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk kedua kalinya, gelar festival panji internasional bertajuk ASEAN Panji Festival.

Berbeda dengan pelaksanaan festival pertama tahun 2018 yang diikuti oleh tiga negara, yaitu Indonesia, Kamboja, dan Thailand, tahun ini, sembilan negara ASEAN berpartisipasi di dalam festival, di antaranya Filipina, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, Vietnam, dan Indonesia sebagai tuan rumah.

Sembilan negara tersebut akan menampilkan sajian tari kolaborasi yang berpusat pada kisah Panji (Inao), sebuah epos romantis yang telah ditetapkan UNESCO sebagai Memory of the World (MoW) tahun 2017.

Pegiat Seni Panji, Prof. Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro menuturkan, festival ini merupakan sebuah upaya untuk melestarikan serta memperkuat lagi sastra dan budaya Panji yang ternyata tidak hanya menyebar di Nusantara, tetapi juga di negara-negara ASEAN.

“Sastra dan budaya Panji yang dimulai 7 abad lalu (abad 14), sudah sangat digemari oleh masyarakat sehingga menyebar dari Jawa Timur ke berbagai wilayah Nusantara dan pada abad ke-19 menyeberang lautan ke Asia Tenggara. Sastra dan budaya Panji, yang berubah nama menjadi Inao dan Bussaba, populer di Asia Tenggara. Sejarawan Adrian Vickers menyebutkan pengaruh Panji sebagai A Panji civilization in South-East Asia,” tuturnya.

Penyelenggaraan ASEAN Panji Festival tahun ini, di samping merupakan bentuk perayaan untuk menghormati warisan bersama (common heritage) yang dimiliki negara ASEAN, juga menjadi media pengikat persahabatan antarnegara melalui budaya.

Dihelat dari 7 sampai 28 Oktober 2023, ASEAN Panji Festival digelar di lima kota, yakni Yogyakarta (13/10), Kediri (16/10), Malang (21/10), Pasuruan (22/10), dan Solo (25/10). Di masing-masing kota tersebut, digelar pertunjukan kolaborasi Cerita Panji dalam Lakon “Panji Semirang” dari semua negara peserta.

Tidak hanya menampilkan seni kolaborasi yang menjadi acara puncak, semua delegasi diajak untuk melakukan kunjungan budaya ke tempat-tempat bersejarah yang ada di Kediri (17/10) dan Yogyakarta (26/10).

Selain itu, juga ada workshop Tari Panji dan Lukis Damar Kurung di Surabaya (18/10) serta Lukis Topeng di Solo (24/10). Untuk mendalami perspektif Cerita Panji dari masing-masing negara ASEAN, diadakan seminar internasional di Yogyakarta (12/10) dan Surabaya (18/10) dengan menghadirkan narasumber dari dalam dan luar negeri.

“Melalui seminar internasional ini, kita bisa melihat lebih jauh perjalanan Cerita Panji, bagaimana perkembangannya, serta pengalaman negara lain dalam upayanya untuk melestarikan Cerita Panji,” ujar Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia periode 1993—1998.

Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Irini Dewi Wanti mengatakan, festival ini bekerja sama dengan pemerintah daerah, perguruan tinggi, dan melibatkan komunitas-komunitas budaya yang ada di tiap daerah. Ia berharap cerita Panji akan selalu hidup di masyarakat, komunitas dalam skala kecil maupun skala luas. Ia berharap, melalui festival ini, cerita Panji bisa terus lestari.

Pada masa kini, budaya Panji berkurang atau tidak berkembang meluas karena banjirnya informasi, hiburan, dan terpaan budaya lain yang dikemas lebih baik melalui internet. “Oleh karena itu, dalam seminar internasional nanti, kita bisa meneliti bagaimana cara terbaik untuk menyebarkan budaya Panji dan mengadaptasi ceritanya ke generasi masa kini,” tutup Wardiman. (q cok, tama dini)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *