SURABAYA (Suarapubliknews) – Dalam perkembangan dunia digital, khususnya di Indonesia, kondisi financial technology (fintech) sudah berkembang sangat pesat. Untuk merespon kondisi tersebut, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Indonesia melakukan sosialisasi program Digital Financial Literacy (DFL) yang diselenggarakan secara hybrid (luring dan daring).
Mengangkat tema How to be Financial Literate: an Eye Opener for New Generation, acara ini mengajak seluruh sivitas akademika ITS, khususnya mahasiswa, untuk meningkatkan literasi terhadap keuangan digital. Hal ini dimaksudkan dengan harapan dapat menjadi pioneer serta perpanjangan tangan (agent) OJK dalam memberikan literasi keuangan digital ke masyarakat di sekitarnya.
Kepala Kantor OJK Regional IV Wilayah Jawa Timur Bambang Mukti Riyadi, pertumbuhan fintech memang sudah menjadi kebutuhan sehari-hari karena telah merambah pada semua lini masyarakat. Berbagai transaksi keuangan sudah dilakukan secara digital atau cashless, baik berbelanja kebutuhan harian di pasar, alat transportasi, serta kebutuhan pendidikan.
Disebutkan bahwa fintech dapat menjadi salah satu solusi dalam rangka mempercepat digitalisasi sektor jasa keuangan guna mengakselerasi program pemulihan ekonomi nasional pascapandemi Covid-19. “Namun dalam proses adopsi layanan fintech tersebut masih terdapat tantangan yang besar, khususnya terkait tingkat literasi layanan keuangan digital pada masyarakat Indonesia,” katanya.
Ketidakselarasan antara perkembangan layanan keuangan digital yang masif dengan rendahnya tingkat literasi masyarakat yang tentunya akan menjadi dampak buruk dalam perkembangan keuangan di Indonesia. “Seperti, terjadinya kasus praktik investasi bodong atau biasa kita sebut sebagai Ponzi Scheme,” jelasnya Bambang.
Deputi Komisioner OJK Institute dan Keuangan Digital Imansyah menjelaskan bahwa OJK telah berperan aktif dalam upaya peningkatan literasi keuangan digital dan kasus literasi keuangan sedari dini. “Salah satunya adalah dengan meluncurkan program DFL ini,” paparnya.
Lebih lanjut, program DFL ini merupakan salah satu inisiatif yang dilakukan oleh OJK yang ditujukan untuk memberikan edukasi terkait layanan keuangan digital. Dikemas secara interaktif, menarik dan mudah dipahami dalam bentuk media buku, e-book, video animasi, dan games dengan target utamanya adalah generasi milenial yang memiliki potensi sebagai pengguna terbesar layanan keuangan digital.
Ia menyampaikan apresiasi sekaligus ucapan terimakasih kepada ITS yang bersedia bekerja sama dengan OJK untuk merealisasikan program OJK untuk memberikan pemahaman terhadap keuangan digital. “ITS memang sangat luar biasa di berbagai bidang sosial, terlebih DFL ini sudah berbasis teknologi,” tandas Imansyah.
Mengakhiri sosialisasi DFL ini, Imansyah berharap segenap mahasiswa dan sivitas akademika ITS dapat memahami lebih dalam lagi terkait risiko yang melekat pada penggunaan Inovasi Keuangan Digital (IKD) dan layanan keuangan lainnya, serta cara-cara memitigasinya. Sehingga dapat menjadikan masyarakat lebih berhati-hati dan bijak dalam penggunaan layanan digital.
Pada perhelatan sosialisasi DFL ini, juga dihadiri beberapa pimpinan dari ITS dan OJK. Antara lain Rektor ITS Prof Dr Ir Mochamad Ashari MEng, Direktur Grup Inovasi Keuangan Digital OJK Dino Milano Siregar, Advisor Grup Inovasi Keuangan Digital OJK Widyo Gunadi, beberapa pejabat lainnya, serta influencer kenamaan Reza Pahlevi. (q cox, tama dinie)