SURABAYA (Suarapubliknews) – Disc jockey (DJ) kelahiran Aljazair asal Prancis, Paloma Colombe terkejut saat mendengar alunan Terompet Reog atau Saronen yang menyerupai salah satu komponen music dalam karyanya.
“Saya baru mendengar alat music ini, karena komponen dalam karya saya berasal dari alat music dari Maroko,” katanya seusai mendengar alunan music reog dari situs pencarian youtube.
Diakui Paloma permainannya banyak dipengaruhi irama-irama dari Timur Tengah dan Afrika, khususnya negara tempat kelahirannya, Aljazair yang dipadukan dengan musik modern. “Banyak menampilkan perkusi. Yang penting orang bisa nge-dance saat dengarkan musik yang saya mainkan,” paparnya..
Karena kesukaannya pada musik tradisional itu pula dia tertarik untuk satu saat menghadirkan musik tradisional Indonesia dalam permainannya. “Saya ingin kembali (ke Indonesia) dan secara khusus belajar musik tradisional Indonesia, seperti gamelan dan tentunya music ini (saronen),” papar Paloma.
Mengenai ekspresinya dalam bermusik, Paloma yang sempat membuat film dokumenter tentang budaya Aljazair ini juga ingin membuat sendiri musik untuk film-film yang akan dia buat nantinya.
Perempuan yang kini mukim di Prancis ini memaparkan eksistensinya sebagai disc jockey sudah dimulai sejak delapan tahun silam. Musiknya dapat didengar di berbagai klub kenamaan dan festival di panggung internasional, tempat dia berbagi panggung bersama Omar Souleyman, Khidja, dan Habibi Funk.
Set-nya adalah perpaduan perkusi ritmis dan suara elektronik berasal dari berbagai belahan dunia yang membuat tubuh bergoyang. Trance poliritmis yang dia mainkan hasil kolaborasi musik-musik Amerika Latin, Mahgribi, Timur Tengah, dan Afrika.
‘Radio Amazigh’ adalah program tetap Paloma Colombe di Radio Mellotron, Paris. Dalam program tersebut dia bercerita melalui musik dan juga wawancara tentang kisah dirinya. (q cox, Tama Dinie)