BisnisHotel & RestoJatim Raya

Dunia Perhotelan Menggeliat, Royal Regantris Hospitality Optimis Okupansi Kembali Normal

19
×

Dunia Perhotelan Menggeliat, Royal Regantris Hospitality Optimis Okupansi Kembali Normal

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Pandemi Covid-19 yang menginfeksi dunia sejak akhir Desember 2019 melumpuhkan hampir semua sendi kehidupan. Di Indonesia sendiri kasus pertama Covid-19 ditemukan pada awal Maret 2020.

Dunia pariwisata menjadi salah satu yang terdampak cukup parah, larangan bepergian mengakibatkan sejumlah hotel di tanah air terpaksa tutup. Satu diantaranya adalah Royal Regantris Hospitality, holding perhotelan dan pariwisata yang membawahi enam hotel, BAR dan fastboat.

COO Royal Regantris Hospitality, Rudy Hermawan mengatakan Bali sebagai salah satu objek pariwisata dunia mati suri diakibatkan pandemic yang hingga hari ini belum berakhir. Diceritakannya  okupansi Hotel Royal Regantris Kute, Bali saat itu mencapai nol persen alias tidak ada tamu sama sekali. Padahal biasanya bisa diatas 93% bahkan 100%.

“Kalau ingat pandemi itu bebannya sangat luar biasa. Jika sebelum pandemi, saat kami datang ke Bali terpaksa harus tidur di hotel lain karena penuh. Ketika awal pandemi hanya terisi delapan kamar. Paling rendah nol atau tidak terisi. Padahal harga sudah 1/3 dari harga normal,” ungkapnya.

Kondisi serupa juga terjadi di lima hotel lainnya, yang berada di bawah holding Royal Regantris Hospitality. Yakni; Hotel Royal Regantris Cendana dan Regantris Hotel di Surabaya; Trizz Hotel, Semarang; Hotel Royal Regantris Villa Karang di Gili Air Lombok; dan Hotel Royal Regantris Trawangan di Gili Trawangan Lombok.

Sedangkan fastboat operator dengan brand Golden Queen, yang melayani rute Padangbai, Bali tujuan tiga pulau Gili di Lombok dan dari Padangbai ke Nusa Penida sepi penumpang. Jika sebelum pandemi sehari bisa melayani 1.400 wisatawan asing, saat pandemi tidak lebih dari 50 orang.

Untuk Hotel Royal Regantris Cendana dan Regantris Hotel di Surabaya, bahkan pernah tutup selama tiga bulan di awal pandemi. Tepatnya pada April-Juni 2020. Penutupan itu bukan karena banyaknya pegawai yang positif Covid-19, namun karena peratuan daerah.

Namun diakui pandemi memberikan banyak hal khususnya di dunia perhotelan. Jika sebelum pandemi  satu karyawan hanya melaksanakan satu tugas. Kalau house keeping hanya bertugas membersihkan kamar, reseption hanya bertugas menerima tamu, selama pandemi karyawan harus bisa mengerjakan beberapa tugas lain yang tidak sesuai bidangnya.

“Karena okupansi yang anjlok itu, mengakibatkan pendapatan perusahaan terpuruk. Meski begitu kami tidak mungkin membiarkan hotel tutup begitu saja. Harus dilakukan sejumlah efisiensi, seperti memberikan gaji tidak penuh, pengurangan jam kerja dan mengharuskan karyawan bisa melakukan lebih dari satu tugas. Seperti General Manager harus menjadi Doorman jika dibutuhkan,” terang Rudi.

Menginjak tahun 2022, bisnis perhotelan mulai berangsur-angsur membaik meski belum 100 persen. Okupansi hotel di Bali dan Lombok sudah mencapai 70%. Begitu pula okupansi hotel di Surabaya sudah 50% dan di Semarang 60%.

“Okupansi sudah mulai membaik beberapa bulan terakhir. Namun untuk harga masih rendah. Sekitar 30% dari harga normal. Seperti Hotel Royal Regantris Trawangan itu harga normalnya Rp900 ribu, kami jual Rp300 ribu. Kami belum berani menaikkan harga, karena kondisi sekarang masih pemulihan. Tamu dari luar negeri juga belum banyak, karena harga tiket pesawat yang cukup mahal,” papar Rudi.

Untuk hotel yang berada di kawasan wisata seperti Bali dan Lombok, tidak ada masalah karena ada banyak wisatawan. Namun untuk hotel yang berada di perkotaan, seperti Surabaya dan Semarang cukup menjadi masalah, karena sekarang acara-acara pemerintah belum begitu banyak.

“Belanja pemerintah untuk acara di hotel itu sangat membantu bisnis perhotelan. Di hotel kami, okupansinya bisa mencapai 30%. Makanya market hotel-hotel perkotaan itu mengandalkan pemerintah. Namun sekarang pemerintah masih belum banyak menggelar acara di hotel,” lanjutnya.

Royal Regantris Hospitality optimis kedepannya bisnis perhotelan kembali normal, tak hanya di daerah tujuan wisata namun juga perkotaan. Semua hotel milik Royal Regantris Hospitality telah bersertifikat CHSE [Cleanliness (kebersihan), Health (kesehatan), Safety (keamanan), dan Environment Sustainability (kelestarian lingkungan)] yang dikeluarkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI.

“Saat pandemi dan setelah pandemi mulai terkendali, banyak yang berubah dalam bisnis perhotelan. Dalam sisi perilaku tamu, ada tamu yang sangat menjaga protokol kesehatan dan cenderung sangat takut dengan penyebaran Covid-19, dan ada juga tamu yang biasa-biasa saja, tak begitu peduli. Karena itu sejak awal kami konsen sekali dengan standart CHSE,” tutupnya. (Q cox, tama dini)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *